Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CONTOH OUTLINE PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION 

DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SKI SISWA KELAS X IIS (ILMU-ILMU SOSIAL)  DI MADRASAH ALIYAH ANNURIYYAH RAMBIPUJI JEMBER 
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2019



Nama Peserta : KUSMIARSEH, M.Pd.I
NUPTK : 1042766666300013
Nomor Peserta : 1042766666300013
Bidang Studi Sertifikasi : Sejarah Kebudayaan Islam
Sekolah Asal : MAS Annuriyyah Rambipuji Jember 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Konsep pendidikan sebagai amanat dalam undang-undang tersebut kemudian dimaknai secara praktis dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya. Proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan potensi peserta didik inilah yang pada saat ini dikenal dengan istilah model pembelajaran abad 21.

Pembelajaran abad 21 sangat berbeda dengan pola pembelajaran di era sebelumnya. Pola pembelajaran masa lalu berorientasi pada guru (teacher centered). Sedangkan pola pembelajaran di abad 21 ini, menekankan pada model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) (Gunawan dan darmani, 2018: 58). Model pembelajaran abad 21 ini, menekankan bagaimana pembelajar mampu mengerahkan potensi diri secara optimal, termasuk di dalamnya adalah pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah kebudayaan Islam.

Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik (PMA 2/2003).

Kenyataannya, pembelajaran SKI menghadapi beberapa kendala, antara lain; waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif)  (Rasional Kurikulum 2004 dan 2006: Modul Sejarah Kebudayaan Islam Program Profesi Guru dalam Jabatan Tahun 2019).

Beberapa kendala yang dipaparkan tersebut inilah, yang juga menjadi kendala dalam proses pembelajaran SKI di kelas X.IIS MA. Annuriyyah Rambipuji Jember. Dalam proses pembelajaran SKI, peserta didik masih dihadapkan pada persoalan terbatasnya waktu yang tersedia dengan banyaknya materi kognitif yang harus dicapai. Siswa cenderung sebagai penerima informasi pasif, tanpa memberikan kontribusi ide dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru dijadikan sebagai satu-satunya sumber informasi dan kurang maksimal dalam mengelola model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman siswa kurang maksimal.

Berdasar pada kondisi riil yang terjadi di kelas X.IIS  MA. Annuriyyah Rambipuji tersebut, maka harus ada yang dilakukan oleh guru dalam perbaikan proses pembelajaran, siswa harus dilibatkan secara aktif bahkan seoptimal mungkin. Dengan harapan, guru dapat meningkatkan pemahaman siswa dan siswa dapat belajar dengan aktif penuh semangat dan antusias. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif group investigation.  Model pembalajaran kooperatif group investigation dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. 

Model pembelajaran investigasi kelompok merupakan suatu metode yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informan) pelajaran yang akan di pelajari melalui sumber yang tersedia. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Dengan latar belakang inilah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas X IIS (Ilmu-ilmu Sosial) di Madrasah Aliyah Annuriyyah Rambipuji Jember Tahun Pelajaran 2019/2020”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Bagaimana penggunaan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation dalam meningkatkan pemahaman materi SKI Siswa Kelas X IIS (Ilmu-ilmu Sosial) di Madrasah Aliyah Annuriyyah Rambipuji Jember Tahun Pelajaran 2019/2020?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation dalam meningkatkan pemahaman materi SKI Siswa Kelas X IIS (Ilmu-ilmu Sosial) di Madrasah Aliyah Annuriyyah Rambipuji Jember Tahun Pelajaran 2019/2020.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa kontribusi bagi pengembangan teori belajar dan pembelajaran, khususnya yang  berkaitan dengan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai bahan rujukan lebih lanjut yang terkait dengan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan acuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pada Mata Pelajaran SKI melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation
c. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation.
d. Bagi Madrasah
Sebagai inovasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan di sekolah.

E. Ruang Lingkup

  1. Model Pembelajaran Kooperatif diartikan sebagai model pembalajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Sedangkan Group Investigation didefinisikan sebagai bagian dari jenis model pembelajaran Cooperative learning, dimana  pembelajaran investigasi kelompok itu metode yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi pelajaran yang akan di pelajari melalui bahan-bahan yang tersedia.
  2. Pemahaman siswa didefiniskan sebagai kemampuan menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. 
  3. Pemahaman materi SKI didefinisikan sebagai kemampuan siswa kelas X.IIS dalam memahami materi pembelajaran pada mata pelajaran SKI, materi subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw di Madinah

BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Definisi Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dirancang untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi (Gunawan dan Darmani, 2018: 40).
Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar  cognitive theory of learning. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran (https://id.wikipedia.org/wiki/Pemelajaran_kooperatif).

Secara lebih jelas, berikut akan dipaparkan pengertian model pembelajaran kooperatif menurut beberpa ahli. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu modelpembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). 

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran (Sunal dan Hans dalam Isjoni, 2009: 15).

Dalam pengertian lain, pembelajaran kooperatif: “Merupakan proses belajar mengajar yang melibatkanpenggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja bersama-sama didalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain. Pembelajaran cooperative menekankan kerja sama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya.”Menurut Wina Sanjaya (2008:241)pembelajaran cooperative adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Johnson, 2010: 4).

Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi yang telah ditentukan. Selain itu pembelajaran kooperatif untuk mempersiapkan siswa agar memiliki orientasi untuk bekerja dalam tim. Siswa tidak hanya mempelajari materi ,tetapi harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang ditingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi yang dipelajari, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompokmenguasai bahan pelajaran tersebut.

Kata kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Hasan, 2007: 4).

Sehubungan dengan pengertian tersebut, cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang berarti siswa belajar danbekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen, model pembelajaran kooperatif biasa disebut dengan model pembelajaran gotong royong, yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah fasafah (Slavin, 2008: 8).

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa berupa pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya. (https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-pembelajaran-kooperatif/).

b. Jenis Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya :
1) Team Game Tournament (TGT)
Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk saling membantu dalam memahami materi dan mengerjakan tugas sebagai sebuah kelompok dan dipadu dengan kompetensi antaranggota dalam bentuk permainan.
2) Student Team Achievement Division (STAD)
Siswa berada dalam kelompok kecil dan mengguanakan lembaran kerja untuk menguasai suatu materi pelajaran. Mereka saling membantu satu sama lain.
3) Jigsaw
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen.Bahan pelajaran dibagi-bagi dalam setiap anggota kelompok dan mereka mempelajari dan berdiskusi materi yang sama kemudian kembali ke kelompok semula untuk mempelajari materi yang telah mereka kuasai kepada anggota kelompoknya.
4) Group investigation (GI)
Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk menanggapi berbagai macam topic di kelas. Setiap kelompok membagi topic menjadi sub topic- sub topic, kemudian setiap anggota kelompok menggunakan kegiatan meneliti untuk mencapai tujuan kelompoknya. (https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-pembelajaran-kooperatif/).

2. Model Pembelajaran Group Investigation
a. Definisi Model Pembelajaran Group Investigation

Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif.

Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model  group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik (Budimansyah, 2007: 7). 

Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). 

Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus (https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html).

b. Tahapan (Sintak) Model Pembelajaran Group Investigation

Adapun tahapan dalam model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut:
  1. Guru  membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
  2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan.
  3. Guru  memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk membagi  materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.
  4. Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara  kooperatif dalam kelompoknya.
  5. Setelah selesai, masing-masing  kelompok yang diwakili ketua kelompok  atau salah  satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
  6. Kelompok lain  dapat memberikan tanggapan  terhadap hasil pembahasannya.
  7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila  terjadi kesalahan  konsep dan memberikan kesimpulan.
  8. Evaluasi (Sharan, https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html).


3. Pemahaman Siswa

a. Definisi Pemahaman Siswa
Pemahaman siswa adalah kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996).  Pemahaman termasuk dalam klasifikasi ranah kognitif level 2 setelah pengetahuan (Bloom, 1996). Pengertian pemahaman siswa dapat di urai dari kata ”Faham” yang memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. Disini ada pengertian tentang pemahaman yaitu: kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan , menjelaskan atau meringkas aatau merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan (https://www.psychologymania.com/2013/06/pengertian-pemahaman-siswa.html).

Dengan demikian pemahaman siswa dapat disimpulkan bahwa setiap siswa mengerti serta mampu untuk menjelaskan kembali dengan kata-katanya sendiri materi pembelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan pembelajaran, bahkan mampu menerapkan kedalam konsep-konsep lain.

b. Tingkat Pemahaman Siswa
Tingkat pemahaman siswa dibagi dalam beberapa kategori berikut ini, yaitu:
  1. Tingkat Rendah:  Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya semisal,  Bahasa asing dan bahasa Indonesia.  
  2. Tingkat Menangah:  Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau peristiwa. 
  3. Tingkat Tinggi:  Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalahnya.

Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar-mengajar, maka diperlukan adanya penyusunan item tes pemahaman. Adanya sebagaian item pemahaman dapat diberikan dalam bentuk gambar,  denah, diagram, dan grafik, sedangkan bentuk dalam tes objektif biasanya digunakan tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah. Hal ini dapat dijumpai dalam tes formatif, dan sumatif (https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html).

B. Penelitian Terdahulu
Dalam bagian ini akan dipaparkan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan model pembelajaran Group Investigation. Tujuan dari pemaparan penelitian terdahulu ini adalah untuk membandingan sekaligus mencari titik beda dan kekhasan antara penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

  1. Penerapan Model Kooperatif Group Investigation Bervisi SETS Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan di Kelas X MAN 2 Kota Cirebon (Siti Yuni Sufinah).
  2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Peserta Didik Kelas IV SDN 3 Jepun Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 (Wahidin).
  3. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk meningkatkan aktivitas dan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN 1 Sidokerto Kecamatan BumiRatu Nuban (Lady Astria Prayogi).

Adapun yang menjadi perbedaan atau kekhasan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan adalah selain berbeda setting dan subjek penelitian, penelitian ini juga menekankan pada penggunanaan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada materi pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam khususnya materi subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw di Madinah. 

Penggunaan model GI pada pembelajaran SKI ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi SKI, dengan situasi belajar yang aktif, variatif dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat terlibat secara aktif dan mampu bekerjasama dan berinteraksi dalam kelompoknya dalam menggali informasi terkait materi pembelajaran.

C. Kerangka Konseptual

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan membentuk kelompok diskusi, dimana dalam model ini siswa diharapkan mampu untuk bekerjasama dan beristrekasi dalam kelompoknya. Adapun jenis model pembelajaran koopertif yang digunakan adalah Group Investigation. Dalam kegiatan diskusi ini, siswa terlibat secara aktif dalam mencari informasi secara mandiri dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah/topic yang telah diberikan oleh guru. Dengan penggunanaan model pembelajaran kooperatif group investigation ini akan mampu meningkatkan pemahaman siswa terkait materi pembelajaran strategi dan subtansi dakwah Rasulullah saw di Madinah pada mata palajaran sejarah kebudayaan Islam.

Adapun yang menjadi indikator pemahaman siswa pada materi tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Siswa dapat menyebutkan factor-faktor penyebab hijrahnya Rasulullah saw di Madinah
  2. Siswa dapat mengidentifikasi factor penyebab penduduk Madinah mudah menerima agama Islam
  3. Siswa dapat membandingkan subtansi dakwah Rasulullah saw di Madinah dan di Mekkah
  4. Siswa dapat merumuskan ibrah dari subtansi dakwah Rasulullah saw di Madinah


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah partisipatori artiya peneliti terlibat secara aktif mulai dari kegiatan pengumpulan data sampai pengolahan data. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, data bukan skor dengan latar keadaan siswa maupun kondisi pembelajaran yang sebenarnya.

B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di MA. Annuriyyah Rambipuji Jember, di Kelas X.IIS dengan jumlah siswa 30 anak. Pemilihan lokasi ini karena peneliti salah satu tenaga pengajar di Madrasah tersebut, sehingga dapat memudahkan kepada peneliti untuk menggalai data dan informasi serta akan lebih mudah melakukan tindakan.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober, semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020, karena menyesuaikan dengan program semester yang telah direncanakan.

3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas X.IIS MA. Annuriyyah Rambipuji jember Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan jumlah 30 siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, materi Subtansi dan Strategi dakwah Rasulullah saw di Madinah.

4. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi alasan dilakukannya penelitian ini adalah sebaagi berikut:
a. Peneliti sekaligus guru di MA. Annuriyyah Rambupuji Jember sehingga sudah dikenal dan beradaptasi dengan siswa
b. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis sebelumnya
c. Terdapat sarana dan prasarana yang mendukung dilakukannya penelitian
C. Instrumen Penelitian
1. Kisi-kisi dan butir soal tes tulis uraian serta alur penyusunannya
2. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation  dengan sintaknya
3. Pedoman wawancara dan alur penyusunannya : pedoman wawancara
4. Catatan lapangan : catatan guru (yang keseluruhannya divalidasi)

D. Metode Pengumpulan Data
1. Tes Tulis uraian
Pengumpulan data melalui tes ini meliputi kisi-kisi, jadwal tes, bentuk tes,  validator dan sumber soal.

2. Wawancara 
Pengumpulan data melalui wawancara ini berkaitan dengan bagaimana cara peneliti memperoleh data melalui wawancara, diantaranya berkaitan dengan waktu (kapan dilakukannya kegiatan wawancara, intensitas wawancara (berapa kali wawancara dilakukan), serta media yang digunakan dalam kegiatan wawancara misalnya data diperoleh dengan cara direkam dengan menggunakan media audio visual.

3. Catatan lapangan
Catatan lapangan dalam penelitian ini merupakan catatan peneliti; guru selama dan setelah berlangsungnya proses pembelajaran SKI.

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yang meliputi:
1. Seleksi data 
2. Reduksi data
3. Klaisifikasi data (mengelompokkan dan Codding)
4. Validasi dan Display
5. Analisis data : Data dibandingkan dengan Bab II


F. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Kemmis dan Taggart, 1997). Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Alur Penelitian Tindakan Kelas (Kemmis dan Mc Taggart, 2006)


PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SKI SISWA KELAS X IIS (ILMU-ILMU SOSIAL)  DI MADRASAH ALIYAH ANNURIYYAH RAMBIPUJI JEMBER TAHUN PELAJARAN 2019/2020 PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2019           Nama Peserta  : KUSMIARSEH, M.Pd.I NUPTK   : 1042766666300013 Nomor Peserta  : 1042766666300013 Bidang Studi Sertifikasi : Sejarah Kebudayaan Islam Sekolah Asal  : MAS Annuriyyah Rambipuji Jember  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Konsep pendidikan sebagai amanat dalam undang-undang tersebut kemudian dimaknai secara praktis dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya. Proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan potensi peserta didik inilah yang pada saat ini dikenal dengan istilah model pembelajaran abad 21. Pembelajaran abad 21 sangat berbeda dengan pola pembelajaran di era sebelumnya. Pola pembelajaran masa lalu berorientasi pada guru (teacher centered). Sedangkan pola pembelajaran di abad 21 ini, menekankan pada model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) (Gunawan dan darmani, 2018: 58). Model pembelajaran abad 21 ini, menekankan bagaimana pembelajar mampu mengerahkan potensi diri secara optimal, termasuk di dalamnya adalah pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah kebudayaan Islam. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik (PMA 2/2003). Kenyataannya, pembelajaran SKI menghadapi beberapa kendala, antara lain; waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif)  (Rasional Kurikulum 2004 dan 2006: Modul Sejarah Kebudayaan Islam Program Profesi Guru dalam Jabatan Tahun 2019). Beberapa kendala yang dipaparkan tersebut inilah, yang juga menjadi kendala dalam proses pembelajaran SKI di kelas X.IIS MA. Annuriyyah Rambipuji Jember. Dalam proses pembelajaran SKI, peserta didik masih dihadapkan pada persoalan terbatasnya waktu yang tersedia dengan banyaknya materi kognitif yang harus dicapai. Siswa cenderung sebagai penerima informasi pasif, tanpa memberikan kontribusi ide dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru dijadikan sebagai satu-satunya sumber informasi dan kurang maksimal dalam mengelola model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman siswa kurang maksimal. Berdasar pada kondisi riil yang terjadi di kelas X.IIS  MA. Annuriyyah Rambipuji tersebut, maka harus ada yang dilakukan oleh guru dalam perbaikan proses pembelajaran, siswa harus dilibatkan secara aktif bahkan seoptimal mungkin. Dengan harapan, guru dapat meningkatkan pemahaman siswa dan siswa dapat belajar dengan aktif penuh semangat dan antusias. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif group investigation.  Model pembalajaran kooperatif group investigation dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa.  Model pembelajaran investigasi kelompok merupakan suatu metode yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informan) pelajaran yang akan di pelajari melalui sumber yang tersedia. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Dengan latar belakang inilah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas X IIS (Ilmu-ilmu Sosial) di Madrasah Aliyah Annuriyyah Rambipuji Jember Tahun Pelajaran 2019/2020”. B. Pembatasan dan Rumusan Masalah Bagaimana penggunaan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation dalam meningkatkan pemahaman materi SKI Siswa Kelas X IIS (Ilmu-ilmu Sosial) di Madrasah Aliyah Annuriyyah Rambipuji Jember Tahun Pelajaran 2019/2020? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation dalam meningkatkan pemahaman materi SKI Siswa Kelas X IIS (Ilmu-ilmu Sosial) di Madrasah Aliyah Annuriyyah Rambipuji Jember Tahun Pelajaran 2019/2020. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis  Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa kontribusi bagi pengembangan teori belajar dan pembelajaran, khususnya yang  berkaitan dengan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai bahan rujukan lebih lanjut yang terkait dengan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa. b. Bagi Guru Sebagai bahan acuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pada Mata Pelajaran SKI melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation c. Bagi Siswa Membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation. d. Bagi Madrasah Sebagai inovasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan di sekolah. E. Ruang Lingkup 1. Model Pembelajaran Kooperatif diartikan sebagai model pembalajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Sedangkan Group Investigation didefinisikan sebagai bagian dari jenis model pembelajaran Cooperative learning, dimana  pembelajaran investigasi kelompok itu metode yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi pelajaran yang akan di pelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. 2. Pemahaman siswa didefiniskan sebagai kemampuan menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.  3. Pemahaman materi SKI didefinisikan sebagai kemampuan siswa kelas X.IIS dalam memahami materi pembelajaran pada mata pelajaran SKI, materi subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw di Madinah BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif a. Definisi Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dirancang untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi (Gunawan dan Darmani, 2018: 40). Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar  cognitive theory of learning. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran (https://id.wikipedia.org/wiki/Pemelajaran_kooperatif). Secara lebih jelas, berikut akan dipaparkan pengertian model pembelajaran kooperatif menurut beberpa ahli. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu modelpembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented).  Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran (Sunal dan Hans dalam Isjoni, 2009: 15). Dalam pengertian lain, pembelajaran kooperatif: “Merupakan proses belajar mengajar yang melibatkanpenggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja bersama-sama didalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain. Pembelajaran cooperative menekankan kerja sama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya.”Menurut Wina Sanjaya (2008:241)pembelajaran cooperative adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Johnson, 2010: 4). Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi yang telah ditentukan. Selain itu pembelajaran kooperatif untuk mempersiapkan siswa agar memiliki orientasi untuk bekerja dalam tim. Siswa tidak hanya mempelajari materi ,tetapi harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang ditingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi yang dipelajari, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompokmenguasai bahan pelajaran tersebut. Kata kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Hasan, 2007: 4). Sehubungan dengan pengertian tersebut, cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang berarti siswa belajar danbekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen, model pembelajaran kooperatif biasa disebut dengan model pembelajaran gotong royong, yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah fasafah (Slavin, 2008: 8). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa berupa pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya. (https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-pembelajaran-kooperatif/). b. Jenis Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya : 1) Team Game Tournament (TGT) Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk saling membantu dalam memahami materi dan mengerjakan tugas sebagai sebuah kelompok dan dipadu dengan kompetensi antaranggota dalam bentuk permainan. 2) Student Team Achievement Division (STAD) Siswa berada dalam kelompok kecil dan mengguanakan lembaran kerja untuk menguasai suatu materi pelajaran. Mereka saling membantu satu sama lain. 3) Jigsaw Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen.Bahan pelajaran dibagi-bagi dalam setiap anggota kelompok dan mereka mempelajari dan berdiskusi materi yang sama kemudian kembali ke kelompok semula untuk mempelajari materi yang telah mereka kuasai kepada anggota kelompoknya. 4) Group investigation (GI) Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk menanggapi berbagai macam topic di kelas. Setiap kelompok membagi topic menjadi sub topic- sub topic, kemudian setiap anggota kelompok menggunakan kegiatan meneliti untuk mencapai tujuan kelompoknya. (https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-pembelajaran-kooperatif/). 2. Model Pembelajaran Group Investigation a. Definisi Model Pembelajaran Group Investigation Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif. Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model  group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik (Budimansyah, 2007: 7).  Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills).  Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus (https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html). b. Tahapan (Sintak) Model Pembelajaran Group Investigation Adapun tahapan dalam model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut: 1) Guru  membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen. 2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan. 3) Guru  memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk membagi  materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya. 4) Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara  kooperatif dalam kelompoknya. 5) Setelah selesai, masing-masing  kelompok yang diwakili ketua kelompok  atau salah  satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya. 6) Kelompok lain  dapat memberikan tanggapan  terhadap hasil pembahasannya. 7) Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila  terjadi kesalahan  konsep dan memberikan kesimpulan. 8) Evaluasi (Sharan, https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html).  3. Pemahaman Siswa a. Definisi Pemahaman Siswa Pemahaman siswa adalah kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996).  Pemahaman termasuk dalam klasifikasi ranah kognitif level 2 setelah pengetahuan (Bloom, 1996). Pengertian pemahaman siswa dapat di urai dari kata ”Faham” yang memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. Disini ada pengertian tentang pemahaman yaitu: kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan , menjelaskan atau meringkas aatau merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan (https://www.psychologymania.com/2013/06/pengertian-pemahaman-siswa.html). Dengan demikian pemahaman siswa dapat disimpulkan bahwa setiap siswa mengerti serta mampu untuk menjelaskan kembali dengan kata-katanya sendiri materi pembelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan pembelajaran, bahkan mampu menerapkan kedalam konsep-konsep lain. b. Tingkat Pemahaman Siswa Tingkat pemahaman siswa dibagi dalam beberapa kategori berikut ini, yaitu: 1) Tingkat Rendah:  Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya semisal,  Bahasa asing dan bahasa Indonesia.   2) Tingkat Menangah:  Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau peristiwa.  3) Tingkat Tinggi:  Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalahnya. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar-mengajar, maka diperlukan adanya penyusunan item tes pemahaman. Adanya sebagaian item pemahaman dapat diberikan dalam bentuk gambar,  denah, diagram, dan grafik, sedangkan bentuk dalam tes objektif biasanya digunakan tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah. Hal ini dapat dijumpai dalam tes formatif, dan sumatif (https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html).  B. Penelitian Terdahulu Dalam bagian ini akan dipaparkan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan model pembelajaran Group Investigation. Tujuan dari pemaparan penelitian terdahulu ini adalah untuk membandingan sekaligus mencari titik beda dan kekhasan antara penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. 1. Penerapan Model Kooperatif Group Investigation Bervisi SETS Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan di Kelas X MAN 2 Kota Cirebon (Siti Yuni Sufinah). 2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Peserta Didik Kelas IV SDN 3 Jepun Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 (Wahidin). 3. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk meningkatkan aktivitas dan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN 1 Sidokerto Kecamatan BumiRatu Nuban (Lady Astria Prayogi). Adapun yang menjadi perbedaan atau kekhasan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan adalah selain berbeda setting dan subjek penelitian, penelitian ini juga menekankan pada penggunanaan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada materi pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam khususnya materi subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw di Madinah.  Penggunaan model GI pada pembelajaran SKI ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi SKI, dengan situasi belajar yang aktif, variatif dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat terlibat secara aktif dan mampu bekerjasama dan berinteraksi dalam kelompoknya dalam menggali informasi terkait materi pembelajaran. C. Kerangka Konseptual Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan membentuk kelompok diskusi, dimana dalam model ini siswa diharapkan mampu untuk bekerjasama dan beristrekasi dalam kelompoknya. Adapun jenis model pembelajaran koopertif yang digunakan adalah Group Investigation. Dalam kegiatan diskusi ini, siswa terlibat secara aktif dalam mencari informasi secara mandiri dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah/topic yang telah diberikan oleh guru. Dengan penggunanaan model pembelajaran kooperatif group investigation ini akan mampu meningkatkan pemahaman siswa terkait materi pembelajaran strategi dan subtansi dakwah Rasulullah saw di Madinah pada mata palajaran sejarah kebudayaan Islam. Adapun yang menjadi indikator pemahaman siswa pada materi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Siswa dapat menyebutkan factor-faktor penyebab hijrahnya Rasulullah saw di Madinah 2) Siswa dapat mengidentifikasi factor penyebab penduduk Madinah mudah menerima agama Islam 3) Siswa dapat membandingkan subtansi dakwah Rasulullah saw di Madinah dan di Mekkah 4) Siswa dapat merumuskan ibrah dari subtansi dakwah Rasulullah saw di Madinah      BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian  Jenis penelitian yang digunakan adalah partisipatori artiya peneliti terlibat secara aktif mulai dari kegiatan pengumpulan data sampai pengolahan data. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, data bukan skor dengan latar keadaan siswa maupun kondisi pembelajaran yang sebenarnya. B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di MA. Annuriyyah Rambipuji Jember, di Kelas X.IIS dengan jumlah siswa 30 anak. Pemilihan lokasi ini karena peneliti salah satu tenaga pengajar di Madrasah tersebut, sehingga dapat memudahkan kepada peneliti untuk menggalai data dan informasi serta akan lebih mudah melakukan tindakan. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober, semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020, karena menyesuaikan dengan program semester yang telah direncanakan. 3. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas X.IIS MA. Annuriyyah Rambipuji jember Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan jumlah 30 siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, materi Subtansi dan Strategi dakwah Rasulullah saw di Madinah. 4. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian Adapun yang menjadi alasan dilakukannya penelitian ini adalah sebaagi berikut: a. Peneliti sekaligus guru di MA. Annuriyyah Rambupuji Jember sehingga sudah dikenal dan beradaptasi dengan siswa b. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis sebelumnya c. Terdapat sarana dan prasarana yang mendukung dilakukannya penelitian C. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi dan butir soal tes tulis uraian serta alur penyusunannya 2. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation  dengan sintaknya 3. Pedoman wawancara dan alur penyusunannya : pedoman wawancara 4. Catatan lapangan : catatan guru (yang keseluruhannya divalidasi) D. Metode Pengumpulan Data 1. Tes Tulis uraian Pengumpulan data melalui tes ini meliputi kisi-kisi, jadwal tes, bentuk tes,  validator dan sumber soal. 2. Wawancara  Pengumpulan data melalui wawancara ini berkaitan dengan bagaimana cara peneliti memperoleh data melalui wawancara, diantaranya berkaitan dengan waktu (kapan dilakukannya kegiatan wawancara, intensitas wawancara (berapa kali wawancara dilakukan), serta media yang digunakan dalam kegiatan wawancara misalnya data diperoleh dengan cara direkam dengan menggunakan media audio visual. 3. Catatan lapangan Catatan lapangan dalam penelitian ini merupakan catatan peneliti; guru selama dan setelah berlangsungnya proses pembelajaran SKI. E. Teknik Analisa Data Teknik analisa data pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yang meliputi: 1. Seleksi data  2. Reduksi data 3. Klaisifikasi data (mengelompokkan dan Codding) 4. Validasi dan Display 5. Analisis data : Data dibandingkan dengan Bab II Alur Analisa Data                 F. Prosedur Penelitian Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Kemmis dan Taggart, 1997). Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Kemmis dan Mc Taggart, 2006)         Penjelasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya model pembelajaran kooperatif Group Investigation. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.  Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, di mana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. G. Trianggulasi Sumber Trianggulasi sumber merupakan kegiatan menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti (https://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html). Adapun sumber yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang pertama siswa dan yang kedua teman sejawat. Alur Trianggulasi Sumber   DAFTAR PUSTAKA Ahmad Sofyan Fauzan. 2019. Modul Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan. Kementrian Agama Republik Indonesia Darmani dan Fadliadi. 2018. Tampil Menawan dalam Pembelajaran (Berani, Cerdas, Kreatif dan Terampil). Ponorogo: Wade Group Darmani dan Gunawan.  Membuat Karya Tulis Ilmiah Mudah & Menyenangkan. Surabaya : Nizamia Learning Center Gunawan dan Darmani. 2018. Model dan Strategi Pembelajaran Aktif & Menyenangkan. Surabaya : Nizamia Learning Center Gunawan dan Darmani. 2018. Mengajar di Zaman Now; Pembelajaran dengan Pendekatan Savi, Saintifik, Literasi, PPK, 4C dan HOTS. Ponorogo :  Wade Group Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Agama Tahun 2003 https://id.wikipedia.org/wiki/Pemelajaran_kooperatif, diakses tanggal 12 Oktober 2019, pukul: 16.00 wib https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-pembelajaran kooperatif/, diakses tanggal 12 Oktober 2019, pukul: 16.00 wib https://www.psychologymania.com/2013/06/pengertian-pemahaman-siswa.html,  diakses tanggal 12 Oktober 2019, pukul: 16.00 wib https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html, diaskses 13 Oktober 2019, pukul: 18.00 wib https://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html,  diaskses 13 Oktober 2019, pukul: 18.00 wib


Penjelasan alur di atas adalah:
  1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
  2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya model pembelajaran kooperatif Group Investigation.
  3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
  4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, di mana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

G. Trianggulasi Sumber
Trianggulasi sumber merupakan kegiatan menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti (https://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html).

Adapun sumber yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang pertama siswa dan yang kedua teman sejawat.

Alur Trianggulasi Sumber



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sofyan Fauzan. 2019. Modul Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan. Kementrian Agama Republik Indonesia

Darmani dan Fadliadi. 2018. Tampil Menawan dalam Pembelajaran (Berani, Cerdas, Kreatif dan Terampil). Ponorogo: Wade Group

Darmani dan Gunawan.  Membuat Karya Tulis Ilmiah Mudah & Menyenangkan. Surabaya : Nizamia Learning Center

Gunawan dan Darmani. 2018. Model dan Strategi Pembelajaran Aktif & Menyenangkan. Surabaya : Nizamia Learning Center

Gunawan dan Darmani. 2018. Mengajar di Zaman Now; Pembelajaran dengan Pendekatan Savi, Saintifik, Literasi, PPK, 4C dan HOTS. Ponorogo : Wade Group

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Agama Tahun 2003

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemelajaran_kooperatif, diakses tanggal 12 Oktober 2019, pukul: 16.00 wib

https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-pembelajaran kooperatif/, diakses tanggal 12 Oktober 2019, pukul: 16.00 wib

https://www.psychologymania.com/2013/06/pengertian-pemahaman-siswa.html, 
diakses tanggal 12 Oktober 2019, pukul: 16.00 wib

https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html, diaskses 13 Oktober 2019, pukul: 18.00 wib

https://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html, 
diaskses 13 Oktober 2019, pukul: 18.00 wib

Post a Comment for "CONTOH OUTLINE PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) "