Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TUGAS MODUL SKI 1 KEGIATAN BELAJAR 3 ANALISIS EMPAT NILAI AFEKSI PADA MATERI KOGNITIF SUBTANSI DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PADA PERIODE MEKKAH


TUGAS MODUL 1 KEGIATAN BELAJAR 3

ANALISIS EMPAT NILAI AFEKSI PADA MATERI KOGNITIF SUBTANSI DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PADA PERIODE MEKKAH

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2019


Nama Peserta         : KUSMIARSEH, M.Pd.I

NUPTK         : 1042766666300013

Nomor Peserta : 1042766666300013

Bidang Studi Sertifikasi : Sejarah Kebudayaan Islam

Sekolah Asal          : MAS Annuriyyah Rambipuji Jember 


TUGAS

Kutiplah Satu Materi Pelajaran Kognitif, kemudian lakukan analisis untuk mendapatkan 4 (empat)  nilai-nilai Afeksi!


PEMBAHASAN

Untuk memperoleh empat nilai afeksi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, kami akan melakukan analisis terhadap materi kognitif yang kami kutip dalam Buku Teks Kurikulum Madrasah 2013 kelas X, yang secara terperinci sebagai berikut:

Kompetensi Inti  3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Kompetensi Dasar 3.5 : Menganalisis Subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah

Berikut ini analisa terhadap materi kognitif pada kompetensi inti 3 dan kompetensi dasar 3.5 tersebut untuk memperoleh empat nilai afeksi berikut ini:

1. NILAI MATERIAL

Nilai material merupakan nilai yang melekat pada substansi materi pelajaran. Pada kurikulum 2013 sudah dirumuskan oleh pemerintah melalui buku pelajaran yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah yang dikenal materi pokok dan materi pembelajran. Materi pokok adalah materi yang asal kemunculannya berasal dari KD pada KI-3 sebagai ranah kognitif  (Modul 1 KB 3, hal: 10). 

Beradasarkan pada kompetensi inti aspek kognitif (KI 3) dengan kompetensi dasar Menganalisis subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah, maka diperoleh materi pokoknya adalah “Subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah”. Dari materi pokok “Subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah”, akan memunculkan beberapa materi pembelajaran seperti Subtansi, strategi, kebijakan pemerintahan Rasulullah Saw di Madinah dan beberapa peperangan yang terjadi di Madinah. Dengan demikian materi materialnya adalah materi pembelajaran tersebut. Materi pembelajaran ini merujuk pada buku teks siswa kurikulum 2013. Berikut ini merupakan kutipan materi pelajaran dengan materi pokok subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah.

1. Subtansi dan Strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah

Di Madinah sebelum kedatangan agama Islam, antara suku Aus dan Khazraj selalu terjadi perselisihan bahkan tidak jarang terjadi pertumpahan darah. Hal ini dipicu oleh adanya pihak ketiga, yaitu Yahudi. Kedatangan Rasulullah saw memberikan dampak yang sangat positif pada kedua suku tersebut. Kedua suku tersebut banyak yang memeluk agama Islam, sehingga semuanya telah terikat dalam satu ikatan keimanan. Walaupun tidak bisa menghilangkan sama sekali sisi fanatisme kesukuan namun telah tertanam dalam jiwa mereka bahwa semua manusia dalam pandangan Islam adalah sama. Yang membedakan derajat manusia di sisi Allah swt hanyalah ketakwaannya. Dengan memeluk Islam ini nabi saw telah memberikan penerangan kepada masyarakat Madinah bahwa Islam adalah agama yang menentang diskriminasi dan cinta perdamaian.

2. Kebijakan Pemerintahan Rasulullah saw pada periode Islam di Madinah

Beberapa kebijakan pemerintahan Rasulullah saw di Madinah adalah:

  • Mempersaudarakan antara kaum muhajjirin dengan Anshar
  • Meletakkan dasar-dasar politik dan tatanan social masyarakat. Salah satunya membentuk piagam Madinah
  • Mendirikan Masjid, yang sekarang dikenal dengan nama masjid Nabawi
  • Menciptakan kesejahteraan umum
  • Mengembangkan pendidikan dan dakwah

3. Peperangan yang Terjadi pada Periode Madinah

  • Perang Badar, terjadi pada tanggal 17 Ramadlan tahun 2 H, di dekat perigi bernama Badar, 125 KM selatan Madinah. Sebab utama terjadinya perang Badar adalah karena kaum kafir Quraisy telah mengusir kaum muslimin dari Mekkah
  • Perang Uhud, terjadi pada pertengahan bulan Sya’ban tahun ke 3 H, di kaki gunung Uhud terletak di sebelah utara kota Madinah. Sebab utama terjadinya perang Uhud adalah kekalahan yang diderita kaum kafir Quraisy pada perang Badar
  • Perang Ahzab (Khandaq), terjadi pada bulan Syawal tahun ke 5 H, di sekitar utara kota Madinah. Disebut Ahzab karena gabungan dari golongan-golongan yang berkumpul dengan maksud menumpas Islam. Sedangkan disebut dengan perang Khandaq, karena pihak kaum muslimin membuat parit atas usulan sahabat Salman al Farisi untuk menghambat jalannya kaum kafir Quraisy.

2. NILAI FORMAL

Nilai formal merupakan pemahaman siswa atas materi yang dipelajari. Nilai formal adalah nilai yang muncul sebagai akibat pemahaman siswa atas materi pembelajaran sebagai

nilai material yang dipergunakan dalam pembelajaran (Modul 1 KB 3, hal: 11). Pada kurikulum 2013, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dapat menggunakan pendekatan saintifik. Pada pendekatan saintifik, siswa membaca terlebih dahulu materi tentang subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah, kemudian menanyakan hal yang kurang dipahami dan ditanggapi oleh peserta didik yang lain, selanjutnya siswa mengumpulkan informasi yang terkait dengan materi tersebut, kemudian mengkomunikasikan dalam bentuk diskusi kelompok dan langkah selanjutnya menyajikan serta menyimpulkan. 

Dengan langkah-langkah pendekatan saintifik ini, siswa akan memperoleh pemahaman tentang materi pembelajaran mengenai subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada Periode Madinah. Nilai formal yang diperoleh siswa pada materi pembelajaran ini dengan membuat suatu kesimpulan berdasar atas pemahamannya. Sebagai contoh siswa dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, bahwa Ajaran Islam yang didakwahkan oleh Rasulullah saw di Madinah lebih menfokuskan pada masalah tata social masyarakat. Islam memandang semua manusia sama, kecuali yang membedakan adalah kadar keimanan dan ketakwaannya. Semakin manusia beriman dan bertakwa kepada Allah swt, maka semakin mulia posisinya di hadapan Allah swt, begitu juga sebaliknya.

Kedua, Rasulullah saw dalam menyampaikan ajaran Islam dengan penuh cinta, perdamaian dan menentang diskriminasi. Dengan cinta, perdamaian dan tidak diskriminasi inilah yang membuat penduduk Madinah dapat menerima agama Islam dengan baik. Karena itulah banyak penduduk Madinah yang kemudian memeluk agama Islam. Jika merujuk pada taksonomi Bloom pada aspek kognitif, nilai formal ini masuk pada level pemahaman atau C2.

3. NILAI FUNGSIONAL

Nilai fungsional merupakan nilai yang menunjukkan pada berfungsinya materi pelajaran yang dipahami (nilai formal) dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pada materi pembelajaran subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah, jika peserta didik memiliki pemahaman (nilai formal) bahwa penduduk Madinah pada awalnya selalu berselisih bahkan sampai terjadi pertumpahan darah antar suku. Dengan datangnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw dengan penuh cinta dan perdamaian, serta tidak diskriminasi, maka banyak penduduk Madinah yang memeluk agama Islam. Dengan demikian, tidak adalagi perselisihan bahkan pertumpahan darah antar suku.

Ketika peserta didik memperoleh nilai formal tersebut, maka akan tertanam dala jiwanya bahwa setiap manusia terlahir dengan berbagai perbedaan, yang harus saling diterima dan dihargai. Perbedaan antar manusia itu tidak boleh dijadikan sebagai bahan yang dapat memicu terjadinya perselisihan dan perpecahan. Karena itu, dalam menjalin interaksi dengan manusia yang lain tidak boleh bersikap diskriminatif, karena dalam Islam yang membedakan adalah tingkat keimanan dan ketakwaannya di hadapan Allah swt. Kemudian, peserta didik dalam kehidupan sehari-hari selalu berperilaku baik terhadap sesama, menjunjung tinggi nilai saling menghargai dan tidak diskriminatif dalam pergaulan. Pada saat seperti inilah yang menjadikan peserta didik memperoleh nilai fungsional.

4. NILAI SUBTANSIONAL/ESENSIAL

Nilai subtansial dapat diartikan sebagai nilai yang berhubungan dengan kehidupan post duniawi. Ia bersifat ukhrawi. Artinya bahwa nilai fungsional yang sudah tertanam dalam diri siswa dan di implementasikan dalam keseharian pada gilirannya mampu menghantarkan dirinya dalam kehidupan akhirat. Itu artinya bahwa nilai material yang didesain guru, kemudian dipelajari siswa sehingga menjadi nilai formal pada gilirannya mampu memepengaruhi perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari karena ia sudah menjadi nilai fungsional harus dipenuhi nilai-nilai yang berkesesuaian dengan kehidupan akhir karena itulah nilai esensialnya. Oleh sebab itu, ia akan memiliki landasan agama yang kuat (Modul 1 KB 2, hal: 12).

Nilai fungsional yang sudah diperoleh peserta didik tentang nilai saling menghargai perbedaan antar sesama atau nilai kesetaraan, yang sudah tertanam dalam diri peserta didik dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, pada gilirannya akan mampu menghantrakan dirinya dalam kehidupan di akhirat. Dengan demikian, nilai material yang didesain oleh guru, kemudian dipelajari peserta didik sampai menjadi sebuah pemahaman (nilai formal), yang pada gilirannya akan mampu mempengaruhi perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, karena sudah menjadi nilai fungsional yang harus selaras dengan kehidupan akhir kelak di akhirat, karena inilah nilai subtansial atau esensialnya. Secara sederhana, nilai esensial ini akan terwujud atau dapat diraih, jika nilai fungsional berupa perilaku peserta didik dapat menjadi jembatan kebahagiannya dalam kehidupan di akhirat kelak.

Semoga hasil tugas yang saya share ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi para bapak/ibu guru yang sedang melaksanakan kegiatan pendidikan profesi guru dalam jabatan, amin.

TUGAS MODUL 1 KEGIATAN BELAJAR 3  ANALISIS EMPAT NILAI AFEKSI PADA MATERI KOGNITIF SUBTANSI DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PADA PERIODE MEKKAH  PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2019    Nama Peserta		        : KUSMIARSEH, M.Pd.I  NUPTK			        : 1042766666300013  Nomor Peserta		: 1042766666300013  Bidang Studi Sertifikasi	: Sejarah Kebudayaan Islam  Sekolah Asal	        	: MAS Annuriyyah Rambipuji Jember     TUGAS  Kutiplah Satu Materi Pelajaran Kognitif, kemudian lakukan analisis untuk mendapatkan 4 (empat)  nilai-nilai Afeksi!    PEMBAHASAN  Untuk memperoleh empat nilai afeksi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, kami akan melakukan analisis terhadap materi kognitif yang kami kutip dalam Buku Teks Kurikulum Madrasah 2013 kelas X, yang secara terperinci sebagai berikut:  Kompetensi Inti  3		: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah  Kompetensi Dasar	3.5	: Menganalisis Subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah  Berikut ini analisa terhadap materi kognitif pada kompetensi inti 3 dan kompetensi dasar 3.5 tersebut untuk memperoleh empat nilai afeksi berikut ini:  1.	NILAI MATERIAL  Nilai material merupakan nilai yang melekat pada substansi materi pelajaran. Pada kurikulum 2013 sudah dirumuskan oleh pemerintah melalui buku pelajaran yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah yang dikenal materi pokok dan materi pembelajran. Materi pokok adalah materi yang asal kemunculannya berasal dari KD pada KI-3 sebagai ranah kognitif  (Modul 1 KB 3, hal: 10).   Beradasarkan pada kompetensi inti aspek kognitif (KI 3) dengan kompetensi dasar Menganalisis subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah, maka diperoleh materi pokoknya adalah “Subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah”. Dari materi pokok “Subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah”, akan memunculkan beberapa materi pembelajaran seperti Subtansi, strategi, kebijakan pemerintahan Rasulullah Saw di Madinah dan beberapa peperangan yang terjadi di Madinah. Dengan demikian materi materialnya adalah materi pembelajaran tersebut. Materi pembelajaran ini merujuk pada buku teks siswa kurikulum 2013. Berikut ini merupakan kutipan materi pelajaran dengan materi pokok subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah.  1.	Subtansi dan Strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah  Di Madinah sebelum kedatangan agama Islam, antara suku Aus dan Khazraj selalu terjadi perselisihan bahkan tidak jarang terjadi pertumpahan darah. Hal ini dipicu oleh adanya pihak ketiga, yaitu Yahudi. Kedatangan Rasulullah saw memberikan dampak yang sangat positif pada kedua suku tersebut. Kedua suku tersebut banyak yang memeluk agama Islam, sehingga semuanya telah terikat dalam satu ikatan keimanan. Walaupun tidak bisa menghilangkan sama sekali sisi fanatisme kesukuan namun telah tertanam dalam jiwa mereka bahwa semua manusia dalam pandangan Islam adalah sama. Yang membedakan derajat manusia di sisi Allah swt hanyalah ketakwaannya. Dengan memeluk Islam ini nabi saw telah memberikan penerangan kepada masyarakat Madinah bahwa Islam adalah agama yang menentang diskriminasi dan cinta perdamaian.  2.	Kebijakan Pemerintahan Rasulullah saw pada periode Islam di Madinah  Beberapa kebijakan pemerintahan Rasulullah saw di Madinah adalah:  Mempersaudarakan antara kaum muhajjirin dengan Anshar Meletakkan dasar-dasar politik dan tatanan social masyarakat. Salah satunya membentuk piagam Madinah Mendirikan Masjid, yang sekarang dikenal dengan nama masjid Nabawi Menciptakan kesejahteraan umum Mengembangkan pendidikan dan dakwah  3.	Peperangan yang Terjadi pada Periode Madinah  Perang Badar, terjadi pada tanggal 17 Ramadlan tahun 2 H, di dekat perigi bernama Badar, 125 KM selatan Madinah. Sebab utama terjadinya perang Badar adalah karena kaum kafir Quraisy telah mengusir kaum muslimin dari Mekkah Perang Uhud, terjadi pada pertengahan bulan Sya’ban tahun ke 3 H, di kaki gunung Uhud terletak di sebelah utara kota Madinah. Sebab utama terjadinya perang Uhud adalah kekalahan yang diderita kaum kafir Quraisy pada perang Badar Perang Ahzab (Khandaq), terjadi pada bulan Syawal tahun ke 5 H, di sekitar utara kota Madinah. Disebut Ahzab karena gabungan dari golongan-golongan yang berkumpul dengan maksud menumpas Islam. Sedangkan disebut dengan perang Khandaq, karena pihak kaum muslimin membuat parit atas usulan sahabat Salman al Farisi untuk menghambat jalannya kaum kafir Quraisy.  2.	NILAI FORMAL  Nilai formal merupakan pemahaman siswa atas materi yang dipelajari. Nilai formal adalah nilai yang muncul sebagai akibat pemahaman siswa atas materi pembelajaran sebagai  nilai material yang dipergunakan dalam pembelajaran (Modul 1 KB 3, hal: 11). Pada kurikulum 2013, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dapat menggunakan pendekatan saintifik. Pada pendekatan saintifik, siswa membaca terlebih dahulu materi tentang subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah, kemudian menanyakan hal yang kurang dipahami dan ditanggapi oleh peserta didik yang lain, selanjutnya siswa mengumpulkan informasi yang terkait dengan materi tersebut, kemudian mengkomunikasikan dalam bentuk diskusi kelompok dan langkah selanjutnya menyajikan serta menyimpulkan.   Dengan langkah-langkah pendekatan saintifik ini, siswa akan memperoleh pemahaman tentang materi pembelajaran mengenai subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada Periode Madinah. Nilai formal yang diperoleh siswa pada materi pembelajaran ini dengan membuat suatu kesimpulan berdasar atas pemahamannya. Sebagai contoh siswa dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:  Pertama, bahwa Ajaran Islam yang didakwahkan oleh Rasulullah saw di Madinah lebih menfokuskan pada masalah tata social masyarakat. Islam memandang semua manusia sama, kecuali yang membedakan adalah kadar keimanan dan ketakwaannya. Semakin manusia beriman dan bertakwa kepada Allah swt, maka semakin mulia posisinya di hadapan Allah swt, begitu juga sebaliknya.  Kedua, Rasulullah saw dalam menyampaikan ajaran Islam dengan penuh cinta, perdamaian dan menentang diskriminasi. Dengan cinta, perdamaian dan tidak diskriminasi inilah yang membuat penduduk Madinah dapat menerima agama Islam dengan baik. Karena itulah banyak penduduk Madinah yang kemudian memeluk agama Islam. Jika merujuk pada taksonomi Bloom pada aspek kognitif, nilai formal ini masuk pada level pemahaman atau C2.  3.	NILAI FUNGSIONAL  Nilai fungsional merupakan nilai yang menunjukkan pada berfungsinya materi pelajaran yang dipahami (nilai formal) dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pada materi pembelajaran subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Madinah, jika peserta didik memiliki pemahaman (nilai formal) bahwa penduduk Madinah pada awalnya selalu berselisih bahkan sampai terjadi pertumpahan darah antar suku. Dengan datangnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw dengan penuh cinta dan perdamaian, serta tidak diskriminasi, maka banyak penduduk Madinah yang memeluk agama Islam. Dengan demikian, tidak adalagi perselisihan bahkan pertumpahan darah antar suku.  Ketika peserta didik memperoleh nilai formal tersebut, maka akan tertanam dala jiwanya bahwa setiap manusia terlahir dengan berbagai perbedaan, yang harus saling diterima dan dihargai. Perbedaan antar manusia itu tidak boleh dijadikan sebagai bahan yang dapat memicu terjadinya perselisihan dan perpecahan. Karena itu, dalam menjalin interaksi dengan manusia yang lain tidak boleh bersikap diskriminatif, karena dalam Islam yang membedakan adalah tingkat keimanan dan ketakwaannya di hadapan Allah swt. Kemudian, peserta didik dalam kehidupan sehari-hari selalu berperilaku baik terhadap sesama, menjunjung tinggi nilai saling menghargai dan tidak diskriminatif dalam pergaulan. Pada saat seperti inilah yang menjadikan peserta didik memperoleh nilai fungsional.  4.	NILAI SUBTANSIONAL/ESENSIAL  Nilai subtansial dapat diartikan sebagai nilai yang berhubungan dengan kehidupan post duniawi. Ia bersifat ukhrawi. Artinya bahwa nilai fungsional yang sudah tertanam dalam diri siswa dan di implementasikan dalam keseharian pada gilirannya mampu menghantarkan dirinya dalam kehidupan akhirat. Itu artinya bahwa nilai material yang didesain guru, kemudian dipelajari siswa sehingga menjadi nilai formal pada gilirannya mampu memepengaruhi perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari karena ia sudah menjadi nilai fungsional harus dipenuhi nilai-nilai yang berkesesuaian dengan kehidupan akhir karena itulah nilai esensialnya. Oleh sebab itu, ia akan memiliki landasan agama yang kuat (Modul 1 KB 2, hal: 12).  Nilai fungsional yang sudah diperoleh peserta didik tentang nilai saling menghargai perbedaan antar sesama atau nilai kesetaraan, yang sudah tertanam dalam diri peserta didik dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, pada gilirannya akan mampu menghantrakan dirinya dalam kehidupan di akhirat. Dengan demikian, nilai material yang didesain oleh guru, kemudian dipelajari peserta didik sampai menjadi sebuah pemahaman (nilai formal), yang pada gilirannya akan mampu mempengaruhi perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, karena sudah menjadi nilai fungsional yang harus selaras dengan kehidupan akhir kelak di akhirat, karena inilah nilai subtansial atau esensialnya. Secara sederhana, nilai esensial ini akan terwujud atau dapat diraih, jika nilai fungsional berupa perilaku peserta didik dapat menjadi jembatan kebahagiannya dalam kehidupan di akhirat kelak.  Semoga hasil tugas yang saya share ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi para bapak/ibu guru yang sedang melaksanakan kegiatan pendidikan profesi guru dalam jabatan, amin.



Post a Comment for "TUGAS MODUL SKI 1 KEGIATAN BELAJAR 3 ANALISIS EMPAT NILAI AFEKSI PADA MATERI KOGNITIF SUBTANSI DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PADA PERIODE MEKKAH"