CONTOH LAPORAN KARYA TULIS TINGKAT SMA
IBRAH
INTELEKTUAL DAN SPIRITUAL KEPEMIMPINAN
UMAR BIN
ABDUL AZIZ
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Ujian Akhir di
Madrasah
Aliyah Annuriyyah
Tahun
Pelajaran 2018/2019
Disusun
Oleh:
SITI
NUR HALIMAH
Nis.161839
Dibimbing
Oleh:
KUSMIARSEH,
M.Pd.I
YAYASAN
ANNURIYYAH KALIWINING
MADRASAH
ALIYAH ANNURIYYAH
Januari
2019
MOTTO
“Sesungguhnya Allah Menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pelajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(Q.s An-Nahl/16: 90)
“Dari Abdullah bin Umar Ra, Ia
berkata Aku mendengar Rasulullah bersabda kamu semua adalah pemimpin dan harus
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. (HR. Bukhori, Muslim dan Turmudzi)
Seorang pecundang tak tahu apa yang
akan dilakukannya bila kalah, tetapi tahu apa yang akan dilakukannya bila
menang. Sedangkan pemenang tidak berbicara yang akan dilakukannya bila ia
menang, tetapi tahu apa yang akan dilakukannya bila kalah.(Eric Berne)
PERSEMBAHAN
Laporan ini saya persembahkan kepada:
1.
Ayah Kliwon Sampurno, Ibu
Warsih dan Nenek Aminah yang selalu mendoakan, merestui, dan memberi dukungan
baik berupa material maupun non material demi kesuksesan saya;
2. Saudara-saudara
saya Munfarida dan Nailatul Faizah yang selalu memberi dukungan dan motivasi
kepada saya;
3. Semua
keluarga tercinta yang selalu mendoakan, membantu dan memberikan semangat
kepada saya;
4. Ketua
Yayasan Pendidikan Annuriyyah;
5. Pengasuh
Pondok Pesantren Annuriyyah;
6. Kepala
Madrasah Aliyah Annuriyyah;
7. Sefenap
dewan guru Madrasah Aliyah Annuriyyah;
8. Ibu
Kusmiarseh, M.Pd.I;
9. Almamater
yang sangat saya banggakan;
10. Teman-teman
senasib seperjuangan angkatan 2018/2019 yang saya sayangi;
11. My Best Friend fangaster
yang
selalu kompak dan setia setiap saat; dan
12. Semua
pihak yang telah membantu sehingga dapat terselesaikan laporan ini.
PENGESAHAN
Diterima
Oleh:
MADRASAH ALIYAH
ANNURIYYAH
Sebagai Laporan / Studi
Pustaka
Diujikan
Pada:
Nama :
Tanggal:
Tempat : MADRASAH ALIYAH ANNURIYYAH
Tim
Penguji:
KUSMIARSEH,
M.Pd.I
Mengetahui,
Kepala
Madrasah Aliyah Annuriyyah
ABABAL
GHUSSOH, M.Pd
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim,
Puji syukur
kehadirat Allah SWT, karena atas curahan nikmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan hasil studi pustaka sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian akhir di Madrasah Aliyah Annuriyyah Rambipuji Jember.
Dalam
menyelesaikan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan secara
langsung maupun tidak langsung, baik material maupun non material dari berbagai
pihak yang mana penulis yakin bahwasanya tanpa bantuan tersebut laporan ini
tidak akan terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan
ini, tidak lupa penuls menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Ketua
Yayasan Pendidikan Annuriyyah yang telah memberi izin atas terlaksananya studi
pustaka;
2. Pengasuh
Pondok Pesantren Annuriyyah yang telah merestu dan mendoakan saya;
3. Kepala
Madrasah Aliyah Annuriyyah yang telah membantu terhadap kelancaran
terlaksananya studi pustaka;
4. Dewan
guru dan pembimbing yang telah tulus ikhlas memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada saya;
5. Ayah
dan ibu yang selalu menyertai perjalananku dengan doa;
6. Semua
pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurngan baik dari segi bentuk
maupun isi laporan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan studi
lapangan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Jember, Januari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN MOTTO
HALAMAN
PERSEMBAHAN
HALAMAN
PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetian Ibrah
2.2 Kajian Teori Kepemimpinan
2.3 Biografi Umar Bin Abdul Aziz
BAB III.
PEMBAHASAN
3.1 Strategi dan Kebijakan Umar bin Abdul Aziz
3.2 Jasa Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz
3.2 Ibrah Umar bin Abdul Aziz
BAB IV.
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.2 Saran
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Berdirinya
dinasti Umayyah tidak lepas dengan adanya peristiwa penting yang dikenal dengan
sebutan Ammul Jama’ah (perdamaian umat Islam) yang terjadi di Kota Maskin,
dekat dengan Madam Kuffah pada tahun 41 Hijriyah/661 Masehi. Pada masa Khalifah
Ali bin Abi Thalib. Makna yang bisa diambil dari peristiwa ini adalah adanya
peralihan sistem pemerintahan dari yang bersifat demokratis menjadi pemerintah
yang bersifat Monarki. Hal itu menjadi tonggak sejarah perjalanan panjang
perpolitikan umat Islam. (Tim Media Adi Karya, 2018:5)
Khalifah
Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu khalifah dinasti Umayyah yang sangat
berpengaruh pada kemasyhuran Islam, yang berkedudukan di Damaskus. Ia
memerintah selama kurang lebih 2,5 tahun (99-102H/717-720 M) dan dikenal dengan
Khalifah yang bijaksana, adil, jujur, sederhana, alim dan warak serta tawadduk
dan zahid. Dalam beberapa literatur ia disebut juga Umar II dan disejajarkan
dengan Umar bin Khattab yang merupakan Khalifah kedua dari Khulafaur Rasyidin.
Umar
bin Abdul Aziz terkenal sangat adil dan bijaksana. Seluruh perhatian dan
pemikiran dicurahkan untuk kesejahteraan rakyat. Dia tidak segan-segan
membicarakan seluruh persoalan pemerintah dengan para tokoh setempat, terutama
permasalahan agama, kepentingan rakyat, dan pemerintahan secara umum. Untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan ia kemudian mengirim utusan-utusan keberbaga
negeri untuk melihat secara langsung cara kerja para gubernur. Dalam
menyelesaikan perkara perselisihan ia menekankan bahwa para hakim harus
berdasarkan kitab Allah (Al-Qur’an) sunnah Rasulullah S.A.W, Ijma’, dan
Ijtihad. (Ensiklopedi,2002:123)
Umar
dipilih suara mayoritas masyarakat secara murni, karena tindakan Umar yang adil
sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadits membuat negara mencapai stabilitas,
rakyat menjadi sejahtera dan kehidupan berlangsung aman dan damai. (M. Husain,
dkk., 2002:17)
Para
pakar Sejarah menyebutkan bahwa beliau mampu meniru gaya kepemimpinan Khulafaur
Rasyidin. Dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah diputuskan. Banyak
muncul proyek tetapi Umar tidak memanfaatkannya untuk memperkaya diri melainkan
mengimbanginya dengan pola hidup sederhana dan berkepribadian terpuji. Hanya
Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang merupakan Khalifah dari Dinasti Umayyah yang
diakui kebersihannya oleh para khalifah dari Dinasti Abbasiyah hingga masa
sekarang. (Tim Media Adi Karya, 2018:50)
1.2.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka disusun tujuan dari studi lapangan sebagai
berikut:
A. Bagaimana
strategi kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz?
B. Bagaimana
kebijakan Umar bin Abdul Aziz dalam kepemimpinannya?
C. Bagaimana
ibrah yang bisa diambil dari kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz?
1.3.
Tujuan
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, maka disusun tujuan dari studi lapangan sebagai
berikut:
A. Untuk
mengetahui strategi kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz;
B. Untuk
mengetahui kebijakan Umar bin Abdul Aziz;
C. Untuk
mengetahui ibrah dari kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Ibrah
Ibrah
berasal dari kata ‘abara ar-tu’ya yang berarti menafsirkan mimpi dan
memberitahukan implikasinya bagi kehidupan si pemimpin, atau keadaan setelah
kematiannya dan ‘abara al-wadi berarti melintasi lembh dari ujung satu ke ujung
lain yang berlawanan. Artinya: Raghiberkara asal kata maka al-bra adalah
melintasi keadan satu dengan keadaan yang lain dan kata ‘ubeir dikususkan untuk
makna melintas di atas air. Dalam penafsiran surat Yusuf, Muhammad Rasyid Ridha
mengantarkan dari suatu pengetahuan yang terlihat menuju sesuatu yang tidak
terlihat atau jelasnya berarti merenung dan berfikir.
Dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah jenis ibrah sebagai berikut: (1) ‘Ibrah melalui kisah,
setiap kisah Qur’ani atau nabawi memiliki tujuan kependidikan ketuhanan. ‘Ibrah
melalui kisah hanya dapat dicapai oleh orang yang berfikiran sadar dan orang
yang hawa nafsunya tidak mengalahkan kenakalan dan fitrah. (2) Mengambil
pelajaran dari nikmat dan makhluk Allah yang telah disediakan daa juga menjadi
ibrah bagi manusia. (3) Mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa sejarah,
Al-Qur’an telah mengisyaratkan beberapa peristiwa yang menonjol dan memiliki
kaitan dengan peristiwa sesudahnya. (http://Syamsuljosh.bogspot.com/2013/05/pendidikan-melalui-Ibrah-dan-muizah)
Dengan
demikian ‘ibrah merupakan kondisi psikologis yang mengantarkan manusia menuju
pengetahuan yang dimaksud dengan dirujuk oleh suatu perkara yang dilihat,
diselidiki, ditimbang, diukur, dan ditetapkan oleh manusia menurut pertimbangan
akalnya sehingga ia sampai pada suatu kesimpulan yang dapat mengkhususkan
kalbunya sehingga kekhususan itu membuatnya berperilaku logis dan sesuai dengan
kondisi. Karena itu
‘ibrah didasarkan atas pemikiran yang dalam dan pengalaman yang cermat, kita
dapat mengetahui hikmah ketuhanan melalui isyarat dari beberapa perkara yang
mengeluarkan kedahsyatan dan mengajak kepada perenungan, dari nikmat yang telah
dianugerahkan kepada kita manusia oleh Allah SWT. (http://www.artikelsiana.com)
2.2
Kajian
Teori Kepemimpinan
A.
Beberapa
Konsep Kepemimpinan
1) Suatu
konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa
sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin.
Menurut konsep ini kepemimpinan dapat diartikan sebagai Thaits Within The Individual Leader. Jadi, seorang dapat menjadi
pemimpin karena memang dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat atau
dididik untuk itu (Leader Were Horned and
Not Made).
2) Konsep
ini memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok (Fungsion of The Group). Menurut konsep ini, sukses tidaknya suatu
kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada
pada seseorang, tetapi justru yang lebih penting adalah pengaruh oleh
sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya. Setiap kelompok-memiliki
sifat dan ciri yang berlainnan sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan
yang berbeda-beda.
3) Konsep
ini tidak hanya didasari atas pandangan yang bersifat psikologis (ran
sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politis). Menurut konsep ini
kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situsi (fungsion of the situation) disamping sifat-sifat individu pemimpin
dan fungsi-fungsi kelompok seperti pada konsep pertama dan kedua, kondisi dan
situasi tempat kelompok itu berada mendapat penganalisaa pula dalam masalah
kepemimpinan. Konsep yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapa pun seseorang
pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpina yang baik dan dapat menjalankan
fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinan masih
ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah yang mempengaruhi bahan dan
perkembangan kehidupan kelompok yang dipimpinnya. Kita mengetahui bahwa adat
istiadat, kebudayaan, mobilitas dan struktur sosial, politik pemerintah suatu
masyarakat, selalu mengalami perkembangan ke arah kemajuan. Demikian pula
halnya dengan organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga di dalam masyarakat dan
negara.
Demikianlah,
untuk mendapat kepemimpinan yag ideal, ketiga konsep tersebut d atas harus
dipadukan karena ketiga-tiganya saling melengkapi. (Purwanto Mp. 2017: 24-25)
B.
Definisi
Pemimpinan
Berdasarkan
konsep-konsep sebelumnya, kepemimpinan dapat ditelaah dari berbagai segi
seperti dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo, sebagai berikut:
1) Kepemimpinan
dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality)
seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk
mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang
tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat
sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya;
2) Kepemimpinan
dapat pula dipandang sebagai penyebab dari pada kegiatan-kegiatan, proses atau
kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap (mental/fisik) daripada kelompok
orang-orang, baik dalam hubungan organisme formal maupun informal;
3) Kepemimpinan
adalah suatu seni (art), kesanggupan
(ability) atau teknik (tecnique) untuk membuat sekelompok orang
bawahan dalam organisme formal atau para pengikut atau simpatisan dalam
organisme informal mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya,
membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan
berkorban untuknya;
4) Kepemimpinan
dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan
kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui “human relation” dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa
adanya rasa takut mau bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan
mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisai;
5) Kepemimpinan
dapat pula dipandang sebagai suatu sarana, suatu instrumen atau alat, untuk
membuat sekelompok orang-orang mau bekerjasama dan berdaya upaya menaati segala
peraturan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini, kepemimpinan
dipandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat orang-orang bergerak,
giat, berdaya upaya secara “kesatuan organisasi” untuk mencapai tujuan-tujuan
oeganisasi.
Berdasarkan
pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan rela penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak
terpaksa. (Purwanto Mp. 2017: 26-27)
Kepemimpinan
pada hakekatnya dapat muncul dimanapun, apabila ada unsur-unsur: (1) ada orang
yang memimpin atau mempengaruhi, (2) ada orang yang dipengaruhi atau pengikut,
bawahan atau kelompok yang mau dikendalikan, (3) adanya kegiatan tertentu dalam
menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan bersama, dan (4) adanya tujuan yang
diperjuangkan melalui serangkaian tindakan.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada setiap sistem sosial aan selalu
ada kepemimpinan, atau kepemimpinan akan selalu uncul dalam setiap sistem
sosial. Mulai dari sistem sosial yang terkecil, yaitu keluarga, kelompok,
organisasi, institusi, komunitas, sampai pada sistem sosial yang lebih besar,
yakni masyarakat maupun bangsa.
C.
Ciri-ciri
Pemimpin
1) Mempunyai
sifat empati, yaitu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi dari pada
kedudukan orang lain. Ini penting, terutama dalam berkomunitas, sebab bila
empati kecil akan terjadi barier atau rintangan yang besar. Umumnya jika
seorang pemimpin punya egoisme tinggi, empatinya akan rendah;
2) Pemimpin
harus menjadi bagian dari kelompoknya, artinya bahwa keberadaan pemimpin dalam
kelompok harus ditandai oleh pengakuan dari para anggotanya;
3) Arif,
bijaksana, dan penuh pertimbangan, artinya pemimpin harus mempertimbangkan
kebutuhan, perasaan orang lain, dan peduli terhadap masalah orang lain. Penuh
pertimbangan terhadap aktivitas anggotanya, dan mempertimbangkan segala
sesuatunya harus berpihak pada anggota, bukan pada dirinya akan tetapi saya
bukan berarti banyak kebijaksanaan;
4) Lincah
(surgency), dalam arti bahwa pemimpin
harus selalu gembira, antusias, senang bicara, dinamis, dan ringan kaki atau
ringan langkah;
5) Emosi
yang stabil, yaitu ditandai dengan emosi yang tidak berfluktuasi atau tidak
meledak-ledak. Artinya, pola emosi atau temperamen yang mantap, misalnya tidak
mudah marah, tidak mudah tersinggung, sehingga dapat dijadikan pedoman
perilakuoleh para anggotanya.
6) Ambisi
untuk memimpin, artinya bahwa ambisi merupakan sumber motivasi dari dalam diri
seseorang, yang jika ditambah dorongan luar akan memperkuat hasrat sendiri
untuk memberikan layanan dan pengabdian diri pada kepentingan orang banyak;
7) Berkompeten,
artinya mampu untuk menjadi pemimpin, becus bisa diandalkan dalam melaksanakan
tugas;
8) Mempunyai
kecerdasan tinggi, yaitu bisa memecahkan masalah dengan cepat dan tepat. Bukan
IQ yang tinggi, karena tidak selalu mampu dengan cepat memecahkan masalah.
Mungkin EQ dan SQ juga diperlukan untuk
melengkapi;
9) Mempunyai
sifat konsisten, artinya bahwa seorang pemimpin cara berfikir dan bertindaknya
harus konsisten antara ucapan dan tindakannya sama;
10) Mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi, tidak cepat bingung dalam menghadapi masalah,
mempunyai keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan semua perilaku yang
dikerjakan, tahu kemana dengan persis arah yang hendak dituju, serta pasti
memberikan manfaat pada diri sendiri maupun bagi anggotanya;
11) Mempunyai
kemampuan berbagi kepemimpinan, artinya (a) bahwa pemimpin punya kemampuan
untuk mendelegasikan kewenangan secara proposional pada bawahannya atau
distribusi kewenangan merata, dan tidak boleh hanya memusat kewenangan itu
hanya pada puncak pimpinan.
Demikian
ciri-ciri yang sangat penting dapat menunjang keberhasilan seorang pemimpin
secara total serta dapat menggerakkan dan mengarahkan kelompok lebih berkembang
dan dinamis. (http://den-ayu23.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-kepemimpinan.html)
D.
Syarat-syarat
Kepemimpinan Menurut James A.Lee
Ada tiga hal penting
dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:
1) Kekuasaan
Kekuasaan adalah
otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka
penyelesaian tugas tertentu.
2) Kewibawaan
Kewibawaan merupakan
keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur orang lain
dan patuh padanya.
3) Kemampuan
Kemampuan adalah sumber
daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun sosial yang lebih
dari anggota biasa. (http://den-ayu23.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-kepemimpinan.html)
2.3
Biografi
Umar bin Abdul Aziz
(Madinah,
63 H/682 M – Dair Sam’an, Suriah (101 H / 720 M) Umar bin Abdul Aziz adalah
khalifah ke-8 dinasti Umayyah yang berkedudukan di Damascus, ia memerintah
selama kurang lebih 2,5 tahun (99-109 H/ 717-720 M). Ia dikenal dengan khalifah
yang bijaksana, adil dan jujur, sederhana, alim, dan wara’ serta tawadduk dan
zahid. Dalam beberapa literatur ia disebut juga Umar ke II. Nama lengkapnya Abu
Hafs Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Ash bin Umayyah bin Abdus
Syam. Ayahnya Abdul Aziz pernah menjadi gubernur di Mesir selama beberapa
tahun. Ia keturunan Umar bin Khattab melalui ibunya Laila Ummu Ashim binti
Ashim bin Umar bin Khattab. (Ensiklopedi, 2002:122)
Masa
muda Umar bin Abdul Aziz dihabiskan untuk menuntut ilmu di Madinah, ketika itu
Madinah satu-satunya pusat ilmu pengetahuan dan sentral peradaban Islam. Di
Madinah pula para ulama’ hadits dan tafsir berkumpul. Hasil dari belajarnya itu
sangat berpengaruh terhadap kepribadiannya dalam melaksanakan amanah ketika ia
menduduki tahta kekhalifahan pada Dinasti Umayyah.
Pengalaman
politik Umar bin Abdul Aziz adalah pernah menjaat sebagai gubernur Hijaz di
Madinah ketika Al-Walid bin Abdul Malik berkuasa tepatnya paa tahun 87 H (704 M) kemudian pamannya
Abdul Malik bin Marwan menikahkannya dengan putrinya Fatimah binti Abdul Malik.
Wanita soleh dari kalangan kerajaan Bani Umayyah. Gaya kepemimpinan Umar bin
Abdul Aziz ketika menjabat gubernur, jauh berbeda dengan gubernur daerah lainnya.
Ketika Al-Wahid bin Abdul Malik merenovasi masjid Nabawi, Umar bin Abdul Aziz
di tunjuk sebagai pegawas pelaksanaan pembaharuan masjid itu.
Prestasi
puncak Umar bin Abdul Aziz adalah ketika ia menjadi khalifah dari setelah
menjabat wasiat dari Sulaiman bin Abdul Malik. Khalifah Umar bin Abdul Aziz
langsung menunnjukkan perubahan drastis dalam hal pola kehidupannya. Umar
menjauhi kemewahan duniawi, ia menjadi sangat Zuhud dan abid. Pola hidup yang
sederhana itu juga Umar tekankan kepada seluruh keluarganya.
Seluruh
harta kekayaan milik Khalifah Umar bin Abdul Aziz diserahkan dan dikelola
sepenuhnya oleh Baitul Mal. Semua emas berlian yang berada di dalam istana
diserahkan pula ke Baitul Mal. Tidak pernah sedikitpun Umar mengambil dari
Baitul Mal. (Tim Media Adi Karya, 2018: 49-50)
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Strategi dan Kebijakan
Umar bin Abdul Aziz
Setelah
dibaiatkannya Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah setelah khalifah Sulaiman
bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz memulai pemerintah dengan berkhotbah
setelah pemakaman khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Isi khutbah pertama Umar
bin Abdul Aziz.
“Dengan
memuji Allah SWT dan bersholawat atas Nabi Muhammad Saw” Aku wasiatkan kepada
kalian taqwa kepada Allah SWT. Karena taqwa kepada Allah adalah tumpuan segala
sesuatu dan tidak ada tumpuan selainnya, maka beramallah untuk kehidupan
akhirat kalian, karena barang siapa yang beramal untuk akhiratnya niscaya Allah
akan mencukupi urusan dunianya. Perbaikilah apapun yang tersembunyi dari
niat-niat kalian, karena dengan begitu Allah akan memperbaiki apa-apa yang
nampak dari kalian. Perbanyaklah mengingat kematian, dan perbaikilah persiapan
kalian sebelum ajal datang, karena hal itu (kematian) penghancur kenikmatan.
Barang siapa yang tidak mau, sesungguhnya umat ini tidaklah berselisih dalam
masalah Tuhannya Azza wa Jalla, juga tidak berselisih dalam hal Nabi-nya Saw,
juga bukan pada kitabnya, tetapi umat ini berselisih dalam urusan Dinar dan
Dirham. Demi Allah, aku tidak akan memberikan kebatilan kepada seseorang, dan
tidak pula melarangnya dari kebenaran. Wahai sekalian manusia! Barang siapa
yang taat pada Allah maka ia wajib ditaati, dan barang siapa yang bermaksiat
kepada Allah maka kalian tidak wajib mentaatiku. (http://groups.yahoo.com/group/anggataicmi/message/5222)
Umar
bin Abdul Aziz hanya memerintah kurang lebih 2,5 tahun. Walaupun demikian,
waktu yang relatif singkat itu dapat digunakan secara produktif untuk membuat
kebijaksanaan dalam berbagai bidang. Dalam bidang agama, Umar menghidupkan
ajaran Al-Qur’an dan Sunnah
Rasullah
Saw seperti pada zamanmu, Umar bin Khattab, dalam rangka mengembalikan
kemuliaan agama dalam berbagai aspek kehidupan dan menggunakannya untuk
mewarnai kehidupan masyarakat dan bernegara. Untuk itu ia mengadakan kerjasama
dengan para ulama’ besar pada zamannya seperti Hasan al-Basri (ahli Hadits dan
Fiqih) dan Sulaiman bin Umar. Dia berdialog dan meminta fatwa dari mereka
tentang berbagai kebijaksanaannya, mengajak mereka agar mengajar rakyat
mengenal hukum syariat, setia mengikuti perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya. Umar kemudian menerapkan hukum syariat secara serius dan
sistematis. Dialah khalifah pertama dari Dinasti Umayyah yang melakukan hal ini.
Jasanya
yang penting dibidang agama dan pengetahuan, yang buahnya dapat diwarisi umat
Islam sampai kini, adalah inisiatifnya untuk mengadakan modifikasi hadits yang sebelumnya belum ada. Faktor
pendorongnya adalah bahwa Umar khawatir hadits-hadits akan lenyap dan
hadits-hadits palsu akan muncul. Pada waktu itu hadits masih tersimpan pada
hafalan para sahabat dan rowi atau periwayat serta dalam catatan pribadi. Untuk
usaha modifikasi itu ia memerintahkan seluruh wali negeri dan ulama hadis agar
mencatat hadits-hadits semua hadits yang diperoleh dari berbagai negeri ia
percayakan kepada ulama besar Imam Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri
untuk dihimpun dan ditulis. Umar sendiri ikut mendiskusikan hadits-hadits yang
telah terkumpul untuk diseleksi apakah palsu atau tidak.
Umar
juga punya perhatian terhadap ilmu lain. Dikabarkan ia memindahkan sekolah
kedokteran yang ada di Iskandariyah (Mesir) ke Antakya (kini di Turki) dan
Harran (Turki).
Di
bidang sosial politik Umar menerapkan prinsip politik yang menjunjung tinggi
kebenaran dan keadilan yang lebih utama dari segalanya. Jika khalifah-kholifah
Umayyah sebelumnya menjalankan politik kekerasan terhadap lawan-lawan politik
mereka, yaitu menindak dan mengejar-ngejar keturunan Ali bin Abi Thalib dan
Bani Hasyim serta menumpas gerakan khawarij, maka Umar bersikap lunak.
Menurutnya, Bani Umayyah tidak mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan
saudaranya sesama muslim. Karena itu, ia memberikan kebebasan kepada rakyat
dari semua golongan untuk menyatakan pendiriannya, asal tidak mengganggu
ketertiban umum. Ia juga bersikap lunak kepada kaum Khawarij yang waktu itu
dipimpin oleh Syauzab dan memerintah kepada gubernur Hedzjaz agar tidak
memerangi mereka, kecuali bila mereka mengadakan kerusuhan dan kerusuhan dan
pengrusakan.
Untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan ia kemudian mengirim utusan ke berbagai
negeri untuk melihat langsung cara kerja para gubernur. Bila ia menemui amil
dan gubernur yang tidak taat menjalankan agamanya dan bertindak zalim kepada
rakyat, maka Umar langsung memecatnya. Ia juga mengembalikan tanah yang
dirampas para pengusaha kepada pemiliknya. Dalam menyelesaikan perkara
perselisihan, ia menekankan bahwa para hakim harus berdasarkan kitab Allah
(Al-Qur’an), sunnah Rasulullah Saw, Ijma’ dan Ijtihad. Menurutnya, seseorang
hakim harus memenuhi lima syarat: memiliki pengetahuan tentang apa yang terjadi
pada masa lalu, menjauhi sifat tama’; bersifat penyantun; bekerjasama dengan
para cendekiawan; dan bebas dari pengaruh penguasa.
Dalam
bidang militer Umar tidak menaruh ertahian untuk membangun angkatan yang
tangguh dan royal, sehingga masa pemerintahannya sepi dari aksi-aksi militer.
Ia lebih mengutamakan urusan dalam negeri, yaitu meningkatkan taraf hidup
rakyat. Kebijakannya ini berkaitan dengan kebijaksanaannya dibidang dakwah perluasan
wilayah kekuasaan. Menurutnya perluasan wilayah
kekuasaan sekaligus penyebaran Islam tidak harus dengan kekuatan militer,
tetapi juga dapat berhasil melalui dakwah amar ma’ruf dan nahi mungkar dengan
cara yang bijak dan lemah lembut. Untuk itu, ia memerintahkan Musallama agar
menghentikan pengepungan Constantinopel (Istanbul) dan penyerbuan ke Asia
Kecil.
Dalam
bidang ekonomi Umar juga membuat berbagai kebijaksanaan yang melindungi
kepentingan rakyat dan meningkatkan kemakmuran merakyat. ia mengurangi beban
pajak yang dipungut dari kaum Nasrani, menghentikan jizyah (pajak) dari umat
Islam, membuat aturan mengenai timbangan dan takaran,membasmi cukai dan kerja
paksa, memperbaiki tanah pertanian, irigasi, penggalian sumur-sumur,
pembangunan jalan, menyediakan tempat penginapan bagi musafir dan menyantuni
fakir miskin. Kebijakan ini berhasil meningkatkan taraf hidup rakyat sehingga
umat Islam di bawah kepemimpinannya dapat dikatakan makmur.
Kebijakan
lainnya adalah menghapus kebiasaan mencela nama Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya dan khutbah setiap sholat jum’at, sesuatu kebiasaan yang sudah
berjalan sejak Mu’awiyah bin Abi Sufyan, pendiri Dinansti Umayyah. Meskipun
Mu’awiyah mengakui Ali itu orang terhormat, tetapi dorongan nafsu politiknya
memaksanya untuk mencela nama musuhnya itu. Kebiasaan yang tidak baik ini
diganti dengan pembacaan firman Allah SWT yang berarti: “Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kebarat, dan Allah melarang dari pebuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar dapat kamu mengambil pelajaran” (QS. 16:90) Ayat
ini sekarang selalu dibaca oleh khatib pada akhir khotbah kedua, setelah doa.
Dalam
melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut, banyak muncul proyek tetapi Umar
tidak memanfaatkannya untuk memperkaya diri, malahan ia mengimbanginya dengan
pola hidup sederhana dan kepribadian yang terpuji. Sebagai keluarga ningrat ia
sangat mungkin hidup mewah. Sebelum menjadi khalifah. Ia dikenal gemar memakai
wewangian dan pakaian sutra. Namun, begitu Umar menjadi khalifah, keadaan ini
berbalik.setelah pemakaman khalifah Sulaiman, ia menolak kuda-kuda kendaraan
untuk angkutan barang dan tunggangan yang bagus-bagus dan penuh dengan hiasan,
yang ditawarkan kepadanya oleh petugas kerajaan. Ia berkata “ kudaku lebih
sesuai bagiku”. Lantas kuda-kuda itu dijual dan hasilnya dimasukkan ke dalam
kas negara (Baitul Mal) pakaiannya ia ganti dengan yang lebih kasar. Tanah
perkebunannya dan perhiasan istrinya ia jual, dan hasilnya juga dimasukkan ke
dalam Baitul Mal. (Ensiklopedi, 2002:123-124)
Khalifah
Umar bin Abdul Aziz juga mengharumkan dirinya untuk menggunakan kekayaan negara
bag diri dan keluarganya. Sifat dan sikap kepribadiannya tidak lepas dari
kehidupan masa mudanya yang banyak mempelajari Al-Qur’an dan sunnah Nabi Saw.
Serta dekat dengan para ulama’. (Tim Media Adi Karya, 2018:54)
3.2 Jasa-Jasa Khalifah
Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz
Khalifah
Umar bin Abdul Aziz terkenal sangat adil dan bijaksana. Seluruh perhatian dan
pemikirannya dicurahkan untuk kesejahteraan rakyat. Seiring dengan pola hidup
dan gaya kepemimpinannya, khalifah Umar bin Abdul Aziz banyak sekali
meninggalkan jasa-jasa, antara lain:
a. Menumbuhkan
rasa perdamaian berdasarkan pada syariat Islam;
b. Menciptakan
kesejahteraan rakyat;
c. Menjunjung
tinggi hak-hak asasi manusia;
d. Menerbitkan
undang-undang tentang pertahanan berdasarkan keadilan;
e. Membuka
lahan pertanian yang disertai dengan sistem irigasi;
f. Mendirikan
masjid-masjid sebagai sarana dakwah;
g. Menganggarkan
dana bagi masyarakat yang kurang mampu;
h. Membukukan
banyak sekali hadits-hadits Rasulullah Saw;
i.
Melindungi perbedaan suku
bangsa, agama dan golongan;
j.
Membangun tanah-tanah
pertanian lengkap dengan pengairannya;
k. Membangun
jalan-jalan dan menyediakan tempat penginapan bagi orang-orang dalam perjalanan;
l.
Memberdayakan lahan
pertanian, irigasi, membangun sumur-sumur dan jalan raya.
(Tim Media Adi Karya,
2018:52)
3.3 Ibrah Umar bin Abdul Aziz
Umar
bin Abdul Aziz dikenal sebagai khalifah yang bijaksana, adil, dan jujur,
sederhana, alim, dan wara’ serta tawadduk dan zahid. Dalam memerintah Umar bin
Abdul Aziz bersifat tegas, disiplin, tekun dan istiqomah. Khalifah Umar bin
Abdul Aziz memerintah kurang lebih 2,5 tahun dengan prestasi yang dilakukannya
sangat luar biasa. (ENSIKLOPEDI, 2002:122)
Ibrah
/ pembelajaran yang dapat kita petik keteladanan kepemimpinan Umar bin Abdul
Aziz:
a. Rasa
takut kepada Allah Azza Wajalla
Umar bin Abdul Aziz
sangat dikagumi bukan karena banyak sholat
dan puasa, tetapi karena rasa takut kepada Allah dan kerinduan akan
surga-Nya. Itulah yang mendorong beliau menjadi pribadi yang berprestasi dalam segala
aspek; ilmu dan amal. Pernah seorang laki-laki mengunjungi Umar bin Abdul Aziz
yang sedang memegang lentera. “Berilah aku petuah”, Umar membuka perbincangan. Laki-lakipun
itu berujar:”wahai amirulmukminin, jika engkau masuk neraka, orang yang masuk
surga tidaklah mungkin bisa memberimu manfaat. Sebaliknya engkau masuk surga,
orang yang masuk neraka juga tidak mungkin bisa membahayakanmu”. Serta merta
Umar bin Abdul Aziz pun menangis tersedu sehingga lentera yang ada
digenggamannya padam karena derasnya air mata yang membasahi.
b. Wara’
Sikap wara’ Umar bin
Abdul Aziz adalah keengganan beliau menggunakan fasilitas negara untuk
keperluan pribadi, meskipun sekedar mencium aroma minyak wangi. Hal itu pernah ditanyakan
oleh pembantunya, “wahai khalifah! Bukankah itu hanya sekedar bau aroma saja,
tidak lebih. Beliau pun menjawab: bukankah minyak wangi itu diambil manfaatnya
karena bau aromanya.
c. Zuhud
Umar bin Abdul Aziz
adalah orang yang sangat Zuhud. Kezuhudan tertinggi ketika puncak dunia berada
digenggamannya. Sesungguhnya akhirat adalah negeri kekal yang abadi, oleh
karena itu Umar bin Abdul Aziz mencapai derajat zuhud dalam kelimpahan rizki
karena setiap raja memiliki kekayaan yang melimpah. Imam Malik bin Dinar
Rohimahullah berkata: “orang-orang berkomentar mengenaiku”. Malik bin Dinar
adalah orang Zuhud” padahal yang pantas dikatakan orang Zuhud hanyalah Umar bin
Abdul Aziz. Dunia mendatanginya namun ditinggalkannya.
d. Tawadhu’
Berkata Imam Az-Zauhali
Rahimahullah: “sifat tawadhu’ adalah sifat terpuji salah satu politiknya yang
membedakan beliau dengan khalifah lainnya, dan telah mencapai zuhudnya Umar bin
Abdul Aziz mencapai pada sifat tawadhu’nya, karena syarat zuhud yang benar
adalah tawadhu’ kepada Allah Ta’ala.
e. Adil
Sikap yang paling
menonjol dari diri Umar bin Abdul Aziz adalah sikap adil. Sikap itulah yang
menjadikan sosok beliau begitu dikagumi. Namanya disamakan dengan
Khulafaurrasyidin. Penduduk Himsh pernah mendatangi Umar bin Abdul Aziz seraya
mengadu: “Hai Amirul mukminin! Aku ingin diberi keputusan dengan hukum Allah”.
“Apa yang engkau maksud? tanya Umar bin Abdul Aziz”. “Abbas bin Walid bin Abdul
Malik telah merampas tanahku”, lanjutnya. Saat itu Abbas sedang duduk disamping
Umar bin Abdul Aziz. Maka Umar bin Abdul Aziz pun menanyakan hal itu kepada
Abbas. “apa komentarmu?” Aku terpaksa melakukan itu karena mendapat perintah
langsung dari ayahku; Walid bin Abdul Malik”. Sahut Abbas membela diri. Lalu
Umar pun balik bertanya kepada si Dzimmi, “apa komentarmu?” Wahai Amirul
mukminin! Aku ingin diberi keputusan dengan hukum Allah”, ulang si Dzimmi.
Serta Umar bin Abdul Aziz pun berkata: “ hukum Allah lebih berhak untuk
ditegakkan daripada hukum Walid bin Abdul Malik”, seraya memerintahkan Abbas
untuk mengembalikan tanah yang telah dirampasnya.
f. Sabar
Beliau berkhutbah:
“tidaklah seorang yang ditimpa suatu musibah kemudian beliau berkata: “innalillahi
wainna ilaihi roji’un”, kecuali dia akan diberikan pahala yang lebih baik oleh
Allah yang telah diambilnya; beliau berkata: “orang yang ridho itu sedikit dan
sabr itu pijakan orang yang beriman”, beliau berkata “barang siapa yang beramal
tanpa ilmu, kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada kebaikannya. Barang
siapa yang tidak memperhitungkan ucapan dan amal perbuatannya akan banyak
kesalahannya, orang ridho itu sedikit,
pertempuran orang mu’min adalah sabar”. Kesabaran paling besar yang diujikan
pada Umar bin Abdul Aziz pada masa hidupnya adalah kesabaran yang terjadi dalam
urusan khalifah, beliau berkata: “demi Allah tidaklah aku duduk ditempatku ini
kecuali aku takut bahwa kedudukanku bukan pada tempatnya, walaupun aku taat
pada semua yang aku kerjakan untuk menyelamatkannya dan memberikan pada haknya
yaitu al-khalifah. Akan tetapi aku sabar sampai Allah memutuskan perkaranya
pada khalifah, atau mendatangkan kemenangannya padanya.
(http://groups.Yahoo.com/group/Anggota
icmi/me).
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan
pembahasan tentang masalah yang ada, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Strategi
dan kebijakan Umar bin Abdul Aziz antara lain: (1) bidang agama: menghidupkan
ajaran Al-Qur’an dan sunnah Rasul; (2) bidang politik: menjunjung tinggi
kebenaran dan kedilan; (3) bidang militer: membangun anggota yang tangguh; (4)
bidang ekonomi: mengurangi beban pajak rakyat.
b. Jasa-jasa
Umar bin Abdul Aziz antara lain: menciptakan kesejahteraan rakyat, mendirikan
masjid-masjid sebagai sarana dakwah dan menumbuhkan rasa perdamaian berdasarkan
syaria Islam dan sebagainya.
c. Ibrah
yang bisa diambil dari Umar bin Abdul Aziz antara lain: Rasa takut kepada Allah
SWT, Wara’, Zuhud, Tawadhu’, Adil, dan sabar.
4.2 Saran
a. Manusia
diciptakan oleh Allah SWT sebagai pemimpin hendaknya manusia mengoptimalkan
kemampuan berpikir yang nantinya mampu diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari;
b. Kita
sebagai pelajar hendaknya meneladani sifat Umar bin Abdul Aziz seperti
senantiasa mencintai ilmu, memiliki toleransi sesama umat manusia dan
meumbuhkan rasa perdamaian berdasarkan syariat Islam;
c. Manusia
sebagai pemimpin hendaknya menjadi pribadi yang taat kepada Allah SWT, memiliki
sifat yang adil, wara’, zuhud, tawadhu’ dan sabar.
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 2002. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar
Baru Van Hoeve.
DEPAG RI, 2018. Sejarah
Kebudayaan Islam Kelas XI.
Kementerian Agama, 2015. Sejarah Kebudayaan Islam/Kementerian Agama. Jakarta:Kementerian
Agama.
Purwanto Ngalim, 2017. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
(http://syamsuljosh.blogspot.com/2013/05/pendidikan-melalui-Ibrah-dan-muizah)
(http://den-Ayu23.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-kepemimpinan.html)
(http://www.Artikelsiana.com)
(http://groups.yahoo.com/group/anggotaicmi/me)
Foto
kelompok study lapangan taman kyai langgeng jogjakarta
ASSALAMUALAIKUM Wr.Wb
Nama saya SITI NUR HALIMAH, saya lahir
di Jember tepat pada tanggal 06 mei 2001, dan saat ini saya brtempat tinggal di
dsn tugu sari, kaliwining rambipuji Jember.
Kehidupan saya di ANNURIYYAH ini
sangatlah banyak sekali cerita mulai dari saya hingga yang saat ini saya
mengerti, saya sangatlah bersyukur bisa mendapatkan teman-teman yang baik dan
selalu mensuport saya di saat saya sedih maupun senang, merekalah yang membuaat
hari-hari yag saya jalani di ANNURIYYAH ini sangatlah berwarna tak terasa waktu
itu akan berakhir, waktu kita untuk bersama akan habis karna bagaimanapun juga
kami harus mengejar cita-cita kami
Sungguh terasa waktu kita bersama hanya sebentar, tpi bagaimanapun kalian semua bukan hanya sebagai sahabat ataupun tuman saya, tetapi kalian suadah menjadi keluarga saya. Untuk kalian jangan pernah melupakan saya dan jangan pernah putus asa.
WASSALMUALAIKUM Wr.Wb.
Post a Comment for "CONTOH LAPORAN KARYA TULIS TINGKAT SMA"