Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKKAH LENGKAP (SIRIYYAH DAN JAHRIYYAH)

SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PADA PERIODE ISLAM DI MEKKAH

Hidup di tengah-tengah orang Arab yang gemar memuja berhala tidak membuat nabi Muhammad saw ikut-ikutan memuja berhala bahkan beliau membenci berhala-berhala itu dan kepada agama yang dianut oleh sebagian besar bangsa Arab. Nabi Muhammad saw lebih sering mengasingkan diri untuk berfikir tentang penciptaan alam semesta beserta segenap isinya. Gua HIra’ yang berada di bukit Nur (Jabal Nur) adalah tempat dimana beliau berkhalwat dengan khusyu hingga menerima wahyu Allah swt.

A. Proses Kerosulan Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad saw adalah salah seorang anggota Bani Hasyim, suatu  kabilah yang ada di dalam suku Quraisy. Ia lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun gajah, bertepatan dengan 20 Agustus 570 M. Pendidikan yang diberikan keluarga dan para pengasuhnya membekas dalam diri nabi Muhammad saw, sehingga ia menjadi orang yang mendapat julukan al Amin.

Menjelang usianya yang keempat puluh, beliau selalu berkhalwat di gua Hira’, sebuah tempat yang terletak beberapa kilometer dari kota Mekkah. Di tempat itu beliau berusaha menenangkan jiwanya dengan cara bertafakkur. Hal itu dilakukan karena beliau tidak tahan melihat situasi dan kondisi masyarakat Arab kota Mekkah ketika itu. Setelah lama berkhalwat, akhirnya pada tanggal 17 ramdlan tahun 611 M, atas perintah Allah SWT. Malaikat Jibril datang ke hadapannya untuk menyampaikan wahyu yang pertama. Pada kesempatan itu, Malaikat Jibril meminta Muhammad saw untuk membaca wahyu pertama sebagai berikut:

Q.S AL ALAQ AYAT 1-5

Nabi Muhammad saw mengikuti apa saja yang diucapakan malaikat Jibril dengan baik sampai hafal. Setelah itu, Jibril pun meninggalkannya, dan Rasulullah saw akhirnya pulang ke rumahnya dengan raut muka yang pucat dan menghampiri istrinya Siti Khadijah. Nabi Mummad saw kemudian menceritakan semua kejadian yang dialaminya di GUa hira’. Setelah tenang, Siti Khadijah mengajak Nabi Muhammad saw untuk menemui seorang ahli kitab yang bernama Waraqah bin Naufal. Di depan Waraqah Nabi saw menceritakan semua yang terjadi, Waraqah dengan penuh perhatian mendengarkan cerita yang disampaikan nabi Muhammad saw. Kemudian Waraqah membuka kitab Taurat dan Injil serta berkata “Demi Tuhan yang datang itu ialah Malaikat Jibril yang pernah datang kepada nabi Musa, baik-baiklah menjaga diri, tabahkan hatimu wahai Muhammad, kelak engkau akan diangkat menjadi Rasul, jangan takut, tapi gembiralah menerima wahyu itu”. 

Setelah Nabi Muhammad saw mendapat wahyu yang pertama dari Allah swt dan juga telah mendapat nasihat dari Waraqah bin Naufal, beberapa malam nabi Muhammad saw telah bersipa untuk menerima wahyu kembali, tetapi wahyu tersebut tidak kunjung datang. Baru pada malam ke 40 wahyu kedua turun. Waktu itu nabi saw sedang berjalan-jalan ke suatu tempat . Tiba-tiba mendengar suara: Ya Muhammad, Engkau benar utusan Allah”. Nabi saw merasa takut mendengar suara itu, beliau segera kembali ke rumah menyuruh Siti Khadijah menyelimuti, suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semakin dekat Jibril mendatanginya sambil duduk di atas kursi antara bumi dan langit, lalu turnlah ayat:

Q.S al Muddatsir ayat 1-7

Setelah menerima dan menghafal wahyu tersebut, Nabi saw menanggalkan selimutnya, rasa takut dan gemetarnyapun hilang. Mulai saat itulah Muhammad diangkat menjadi Nabi dan rasul. Tugas baru telah datang, yaitu menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia, setelah itu wahyu pun turun terus menerus dan berkelanjutan.

B. Strategi Dakwah Nabi Muhammad saw

1. Dakwah secara Siriyyah (Sembunyi-sembunyi)
Dengan turunnya wahyu kedua, mulailah Rasulullah saw melakukan dakwah Islam. Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara diam-diam di lingkungan keluarga terdekat. Hal ini dapat dilihat dari firman Allah swt dalam surah Asy Syu’ara ayat 214:

Q.S Asyu'aro ayat 214

Beliau berusaha menjelaskan ajaran Islam kepada keluarga dan sahabat terdekatnya. Karena itulah orang yang pertama menerima dakwahnya adalah kelaurag dan para sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya, istrinya Siti Khadijah menerima ajakan tersebut. Lalu sepupunya yaitu Ali bin Abi Thalib. Kemudian Abu Bakar sahabat karibnya sejak anak-anak. Kemudian Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aimah seorang pengasuh Nabi Muhammad saw sejak ibunya Siti Aminah masih hidup.

Diantara sahabat dekat rasul yang berhasil mengajak sahabat karibnya untuk menerima dakwah Islam adalah Abu bakar. Abu Bakar dikenal sebagai seorang pedagang yang amat luas pergaulannya. Melalui beliau banyak orang yang masuk Islam. Diantaranya adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, al Arqam bin Abil Arqam dan beberapa penduduk lainnya dari kabilah Quraisy. Mereka langsung dibawa ke hadapan nabi Muhammad saw dan menyatakan ke Islamannya. Mereka ini dalam sejarah Islam dikenal dengan istilah Assabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang pertama memeluk Islam. 

Langkah dakwah yang dilakukan oleh rasulullah saw secara sembunyi-sembunyi ini berjalan selama tiga tahun. Dikatakan sembunyi-sembunyi karena tempat dan proses dakwah serta para pengikut atau pemeluk Agama Islam bersifat tersembunyi dan rahasia. Strategi ini berakhir sampai datangnya perintah berdakwah secara terbuka atau terang-terangan.

2. Dakwah secara Jahriyyah (terang-terangan)

Setelah rasulullah saw melakukan dakwah secara siriyyah selama kurang lebih tiga tahun, maka turunlah wahyu yang memerintahkan agar beliau berdakwah secara terbuka di hadapan umum. Hal ini berdasarkan firman Allah swt dalam Q.S al Hijr ayat 94:

Q.S al Hijr ayat 94

Ayat ini yang menandai dimulainya dakwah Nabi Muhammad saw secara terang-terangan (secara umum) menyeru ke segenap lapisan manusia, baik dari golongan bangsawan maupun lapisan hamba sahaya.  Langkah pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dalam berdakwah secara terbuka adalah mengundang dan menyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka, “Saya tidak melihat seorang pun dari kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Saya bawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. tuhan memerintahkan saya untuk mengajak kalian semua. Siapakah dianatar kalian yang mau mendudkung saya dalam hal ini?”Mereka semua menolak kecuali Ali bin Abi Thalib.

Kemudian Nabi Muhammad saw mengajak masyarakat umum. Mereka mulai mengajak ke segenap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat bangsawan, hingga kelas hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, kemudian penduduk negeri lain. Pertemuan dengan penduduk Mekkah dilakukan di Bukit Shaffa. Dalam pertemuan itu nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa ia diutus oleh Allah untuk mengajak mereka menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala.

Masyarakat Quraisy tidak percaya sama sekali pada pidato yang disampaikan oleh nabi Muhammad saw, bahkan mendustakan dan mengejeknya. Diantara yang mendustkan itu adalah Abu Lahab dan istrinya. Isi Pidato tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Peringatan dan ancaman Allah bagi orang yang tidak beriman. Sebaliknya, kenikmatan dan syurga bagi orang yang beriman dan beramal shaleh.
2) Bahwa pada hari kiamat nanti beliau tidak dapat memberikan pertolongan kecuali amal perbuatan manusia itu sendiri yang akan menolongnya.
3) Permohonan kepada keluarganya supaya dapat membantu dan memelihara agama Islam.

Mendengar seruan itu, Abu Lahab berkata kasar, “ Kurang Ajar kau hai Muhammad! Apakah hanya untuk ini kau kumpulkan kami?” Kemudian Abu Lahab mengambil batu dan melemparkannya ke Nabi Muhammad saw. Dalam menghadapi peristiwa itu beliau bersikap tenang dan berjiwa besar. Ia hadapi semuanya dengna kesabaran dan tawakkal kepada Allah. dari peristiwa itu turun wahyu Allah yang mengutuk Abu Lahab dan istrinya (Q.S al Lahab ayat 1-5)

Dengan seruan terbuka itu, Nabi Muhammad saw dan Islam menjadi perhatian dan perbincangan di kalangan masyarakat kota Mekkah. Masyarakt Quraisy beranggapan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw tidak mempunyai dasar dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dan berusaha menentangnya habis-habisan sehingga agama Islam tersebut lenyap dari muka bumi ini. Selain itu, mereka mulai mengatur strategi untuk mengacaukan kegiatan dakwah Islam dan berusaha menghambat gerak laju perkembangan agama Islam di kota Mekkah dan masyarakat Arab lainnya.
Terdapat beberapa factor yang mendorong kaum Quraisy menentang dakwah Islam, yaitu:

1) Persaingan berebut kekuasaan, Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk kepada Nabi Muhammad saw berarti tunduk pada kekuasaan Bani Abdul Muthalib. Sedangkan suku-suku bangsa Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.
2) Penyamaan antara kaum bangsawan dengan rakyat biasa (hamba sahaya), tradisi social bangsa Arab mengenal kasta, tiap-tiap manusia digolongkan ke dalam kasta-kasta, padahal seruan nabi Muhammad saw memberikan hak yang sama kepada setiap manusia, karena itu kasta bangsawan dari kaum Quraisy enggan menganut agama Islam. Bahkan hamba sahaya bisa lebih mulia dari tuanya apabila dia lbih bertakwa kepada Allah sawt
3) Takut akan hari pembangkitan, agama Islam mengajarkan bahwa setelah hari kiamat semua manusia akan dibangkitkan dari kuburnya, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan yang baik sedangkan yang berbuat buruk akan mendapat siksaan. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama yang mengajarkan bahwa manusia akan hidup kembali sesudah mati.
4) Taklid kepada ajaran nenek moyang, kaum Quraisy merasa berat untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti agama baru tersebut.
5) Faktor ekonomi, inilah yang menyebabkan kaum Quraisy enggan meyakini Islam karena dalam agama Islam tidak dipernolehkan menyembah berhala, padahal membuat patung adalah sebagai salah satu mata pencaharian mereka.

Meskipun begitu, Rasulullah saw terus berdakwah tanpa mengenal lelah dan tidak mempedulikan ejekan dan gangguan yang ditujukan kepadanya dan para sahabatnya yang lain. Bahkan beliau terus berusaha berjuang untuk menegakkan risalah Allah di tengah-tengah kehidupan masyarakat Arab yang tidak baik tersebut.

Sumber Refrensi:
  • Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kurikulum 2013 Kelas X ; Kementrian Agama RI

Post a Comment for "STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKKAH LENGKAP (SIRIYYAH DAN JAHRIYYAH)"