Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKKAH (HIJRAH HABSYI 1& 2, MISI KE THAIF, DAN PERJANJIAN AQABAH 1&2) LENGKAP

STRATEGI PERJUANGAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKKAH

Melihat situasi social politik yang makin memanas dan tidak menguntungkan bagi pengembangan dakwah Islam di Mekkah, maka nabi Muhammad saw mulai mengatur strategi penyelamatan pengikutnya dari ancaman dan siksaan kafir Quraisy. Strategi tersebut antara lain sebagai berikut:

A. Hijrah ke Habsyi yang Pertama

Penyikasaan dan penganiayaan kafir quraisy yang di luar batas perikemanusiaan terhadap orang-orang muslim membuat hati nabi Muhammad saw tidak tahan melihat penderitaan itu. Akhirnya nabi Muhammad saw menyarankan kepada para sahabatnya untuk mengungsi ke Habsyi guna menghindar dari gangguan, siksaan dan ancaman orang-orang kafir Quraisy.  Rasulullah saw tahu bahwa raja Habsyi yaitu Raja Najasi sangat adil dan tidak pernah berbuat aniaya pada sesame manusia, kaum muslimin akan aman di sana. 

Anjuran tersebut ditanggapi positif oleh para sahabat nabi saw. Oleh karena itu, pada bulan ke tujuh tahun ke 5 (lima) kenabian berangkatlah 11 (sebelas) orang laki-laki beserta 4 (empat) wanita. Kemudian rombongan berikutnya menyusul hingga 70 (tujuh puluh) orang. Diantaranya adalah Usman bin Affan dan istrinya, Ruqoyyah putri nabi Muhammad saw, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abi Thalib dan lain-lain.

Kedatangan orang-orang Islam di Habsyi disambut baik oleh raja Najasi/Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan diizinkan untuk melaksanakan ibadah Islam. Keadaan tersebut berubah ketika orang-orang Quraisy mengirim utusan kepada Raja Najasi. mereka meminta agar Raja Najasi mengembalikan orang-orang mukmin ke negeri asalnya, yaitu Mekkah. Namun permintaan  itu ditolaknya. Bahkan umat Islam mendapatkan perlindungan khusus dan tempat yang layak di negeri itu serta diizinkan untuk tinggal selamanya.

Ketika umat Islam berada di Habsyi, Rauslullah saw tetap tinggal di mekkah. Beliau terus berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Qurasiy, meskipun mendapat ancaman dan gangguan luar biasa . Usaha Rasulullah saw ini ternyata tidak sia-sia. ia berhasil mempengaruhi beberapa tokoh Quraisy seperti Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab.

 Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib berawal dari suatu peristiwa penganiayaan yang dilakukan Abu Jahal terhadap Nabi Muhammad saw. Abu Jahal memperolok-olok dan akan membunuhnya saat itu. Ketika peristiwa tersebut didengar oleh Hamzah, ia marah dan terus mendatangi Abu Jahal, ia langsung memukulnya dan menghardik. Dia berkata, Apakah kamu akan membunuh orang yang mengatakan bahwa Allah adalah Tuhannya? Setelah kejadian itu, Hamzah merasa kasihan dan berusaha melindungi Nabi Muhammad saw . Sejak saat itulah, Hamzah menyatakan ke Islamanya di hadapan Nabi Muhammad saw. Hamzah bin Abdul Muthalib yang masuk Islam pada tahun 615 M bertepatan pada tahun ke-6 (enam) kenabian.

Sedangkan Islamnya Umar bin Khattab berawal ketika ia bermaksud membunuh nabi Muhammad saw yang sedang berada di rumah Arqam bin Abi Arqam. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Nu’aim bin Abdillah dan menanyakan tujuan Umar. Umar menjawab ia akan membunuh nabi Muhammad saw yang dianggap telah memecah belah masyarakat Arab. Nu’aim berkata lagi, bagaimana anda bisa membunuh nabi Muhammad saw sementara adik ipar anda telah menjadi pengikut setia.

Mendengar keterangan itu Umar bin Khattab marah besar dan langsung menemui adiknya, yaitu Fatimah dan Sa’id bin Zaid suami Fatimah yang sedang belajar al Qur’an. Setibanya di tempat tujuan Umar langsung memukul Said sehingga berdarah. Umar bertanya, apa yang kami baca? Saya membaca al Qur’an. Berikan kepada saya! Pintanya. Tidak! kata Fatimah nanti kau hinakan dia. Tidak! aku berjanji. Mendengar jawaban tersebut dan ketulusan Umar, akhirnya Fatimah memberikan ayat-ayat yang sedang dibaca. Setelah mebaca ayat tersebut, Umar terketuk hatinya dan langsung mendatangi Nabi Muhammad saw untuk menyatakan ke Islamannya.

Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin al Khattab adalah berkat usaha nabi Muhammad saw yang tidak kenal lelah dan tidak takut karena ancaman dalam berdakwah. Selain tiu, keislaman mereka berdua memperkuat posisi umat Islam yang mendapat ancaman dari orang-oraang kafir Quraisy yang saat itu sedang berada di Habsyi.

PETA HABSYI (ETHIOPIA)


B. Hijrah ke Habsyi yang Kedua

Umat Islam yang hijrah pertama berlangsung selama dua bulan. Setelah itu mereka kembali lagi ke Mekkah. Melihat keberhasilan umat Islam bertahan dan mendapat perlindungan di Habsyi serta semakin banyak jumlah pemeluknya di kota Mekkah, kafir Quraisy semakin geram. Mereka semakin memperkuat penganiayaan terhadap orang-orang Islam. Karena itulah Nabi Muhammad saw menyarankan kembali kepada umat Islam untuk hijrah kembali ke Habsyi. Hijrah kedua ini diikuti oleh 101 orang diantaranya terdapat 18 orang wanita yang dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib.

Kepergian umat Islam yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat sambutan yang hangat dari Raja Nejus. Mereka diberi kebebasan untuk menjalankan ibadahnya dan boleh bebas memilih ingin tetap tinggal di Habsyi selamanya atau tidak. Rupanya kebaikan hati Raja Nejus ini membuat marah orang-orang kafir Quraisy. Mereka tidak tahan dan terus berusaha untuk menghambat langkah perkembangan Islam dengan berbagai cara. Untuk itu orang-orang Kafir Quraisy mengirim ‘Amr bin Al ‘Ash dan Abdullah bin Rabiah mengahadap Raja Nejus dengan harapan permintaan mereka kali ini untuk mengambalikan para muhajjirin mendapat sambutan positif dari Raja Nejus.

Melihat keseriusan orang-orang kafir Quraisy ini, Raja Nejus berusaha mengumpulkan umat Islam untuk diminta penjelasan yang sebenarnya. Dalam kesempatan ini Ja’far bin ABi Thalib bertindak sebagai wakil dan juru bicara umat Islam untuk menjelaskan hal yang sebenarnya mengenai ajaran Islam  kepada Raja Nejus. Setelah dijelaskan panjang lebar menganai Islam dan ajarannya yang dibawa Nabi Muhammad saw yang tidak bertentangan dengan agama yang dianut oleh Raja, Akhirnya Raja mengerti dan meminta utusan tersebut kembali ke Mekkah. Setelah itu, Raja Nejus pun masuk Islam.

Melihat kegagalan yang kedua kali ini, orang-orang kafir Quraisy semakin gencar menyebarkan isu kebohongan mengenai ajaran yang dibawa Nabi Muhammad dan berusaha mempersempit gerak langkah perjuangan Islam.

C. Misi Ke Thaif

Tahun kesepuluh kenabian dikenal dengan tahun duka bagi nabi Muhammad saw sebab dua orang yang sangat dicintainya telah meninggal dunia, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib. Kedua orang ini adalah pembela dan pelindung yang sangat tabah, kuat dan disegani masyarakat Mekkah. Dengan meninggalnya Siti Khadijah dan Abu Thalib, orang-orang Kafir Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad saw karena penderitaan yang dialami Nabi Muhammad saw semakin hebat, ia bersama Zaid berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan serta perlindungan dari keluarganya yang berada di kota itu, yaitu Kinanah yang bergelar Abu Jalail dan Mas’ud yang bergelar Abu Kuhal serta Habib. Mereka adalah para pembesar dan penguasa di Thaif yang berasal dari keturunan Tsaqif.

Nabi Muhammad saw berharap dakwahnya diterima mereka dan masyarakat Thaif. Hal itu karena beliau beranggapan akan mendapat pertolongan, perlindungan dan bantuan dari kerabatnya itu. Akan tetapi, harapan tersebut tidak menjadi kenyataan, mereka tidak mau memberikan perlindungan dan bantuan apa pun kepada Nabi Muhammad saw, bahkan beliau diusir dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Beliau diusir dan dilempari batu oleh para pemuda kota Thaif. Mereka tidak mau mengambil resiko dengan memberikan bantuan, karena mereka pasti akan mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari masyarakat Mekkah bila memberikan bantuan atau bahkan menerima Islam sebagai agama baru mereka. Para pembesar kota Thaif enggan menolong Muhammad, karena mereka menganggap Muhammad adalah orang gila yang terusir dari Mekkah. Selain itu berdasarkan informasi yang mereka terima dari Abu Jahal, bahwa apa yang diajarkan Muhammad adalah kebohongan besar yang akan menyesatkan bangsa Arab.

PETA THAIF

Perlakuan masyarakat Thaif ini membuat luka hati dan badan. Beliau terluka hatinya karena gagal mendapat perlindungan dan bantuan dari sanak saudaranya di Thaif. Terluka badanya karena masyarakat kota Thaif melemparinya dengan batu hingga terluka. Akhirnya beliau kembali ke kota Mekkah. Sebelum sampai di kota kelahirannya, beliau singgah di suatu tempat di pinggiran kota di sisi perkebunan anggur milik Uthbah dan Syaibah anak Rabiah. Di tempat itu beliau duduk sambil merenungi peristiwa yang baru dialaminya di kota Thaif. Sambil menengadahkan muka ke langit beliau berdo’a mengadukan nasibnya kepada Allah. Beliau berkata, “Ya Allah, hambanya Engkaulah tempat aku mengadukan kelemahanku. Ya Allah, Engkau Maha Penyayang, Maha Pelindung orang-orang lemah, aku berlindung kepada Mu ya Allah.

Penderitaan yang dialami Nabi Muhammad saw dan apa yang sedang dilakukannya di dekat perkebunan anggur tidak lepas dari perhatian keluarga Rabiah. Betapa sedihnya Uthbah dan Syaibah melihat penderitaan Nabi, kemudian mereka mengutus budaknya bernama Adas yang beragama Nasrani datang menemui Nabi saw dan memberinya anggur. Nabi Muhammad saw tertegun ketika Adas datang membawa anggur yang akan diberikan kepadanya. Anggur itu lalu diambil Nabi Muhammad saw dan dimakannya. Sambil meletakkan tangan di atas buah anggur, Nabi saw mengucapkan lafal bismillah kemudian anggur itu dimakannya.

Mendengar ucapan itu, Adas merasa heran karena kalimat itu belum pernah diucapkan oleh penduduk Thaif. Adas tidak berani bertanya lebih jauh. Akhirnya Nabi Muhammad saw mulai bertanya asal usul agamanya. Adas menjawab, berasal dari negeri Niniveh dan beragama Nasrani. Lalu Nabi bertanya lagi, “ Kamu berasal dari negeri Yunus anak Matta?” Darimana Anda kenal Yunus Anak Matta?” Tanya Adas. “Dia saudaraku, dia seorang nabi dan aku juga seorang nabi.” jawab nabi Muhammad saw.

Dalam riwayat lain, setelah kejadian itu Adas masuk Islam. Misi Nabi ke kota Thaif untuk meminta bantuan dari sanak saudaranya tidak mendapat tanggapan yang berarti, karena mereka menolak dan bahkan penduduknya memperlakukan nabi dengan cara kasar. Dari sini dapat kita katakana bahwa misi tersebut gagal. Meskipun begitu, ternyata masih ada orang yang peduli dengan misi perjuangan nabi Muhammad saw yaitu keluarga Rabiah.

D. Perjanjian Aqabah

a. Kunjungan Jamaah Yatsrib ke Mekkah

Ancaman, gangguan dan siksaan yang dialami oleh umat Islam di kota Mekkah dari orang-orang kafir Quraisy, semakin menjadi. Mereka terus berusaha mencari kelemahan dan keterangan yang ada pada umat Islam untuk dijadikan bahan ejekan, hinaan dan siksaan. Melihat kenyataan seperti itu, Nabi Muhammad saw memandang bahwa Mekkah tidak dapat diandalkan lagi sebagai basis perjuangan dakwah Islam. Oleh karena itu, Nabi pernah berusaha mencari tempat lain, seperti Thaif. Di kota ini beliau berharap mendapatkan perlindungan dan bantuan dari sanak saudarnya. Tapi ternya harapan itu sia-sia belaka.

Cobaab berat yang dialami Nabi Muhammad saw selama mengungsi di Thaif terasa menyuramkan semangat perjuangannya. Pada saat yang demikian, tiba-tiba terbersit sberkas harapan dalam pikiran Nabi bersamaan dengan datangnya musim haji. Ketika upacar haji hamper selesai, Nabi Muhammad saw menaruh perhatian terhadap suatu kerumunan yang terdiri dari 6 orang pemuda yang tampak seperti orang-orang asing. Mereka adalah para pemuda yang datang dari Yatsrib. Nabi Menemui mereka dan menyampaiakn ajaran Islam yang diterimanya dari Allah swt. Beliau juga menganjurkan kepada mereka agar mengikuti serua Tuhan. Selain itu, beliau juga menyampaikan penderitaan dan siksaan yang dilakukan kafir Quraisy kepadanya dan kepada umat Islam. Ajaran Islam dan keluh kesah yang disampaikan Nabi kepada mereka mendapat simpati, sehingga mereka mau menerima ajaran itu.

Dalam kesempatan itu pula, Nabi Muhammad saw bertanya kepada mereka. Apakah mereka bersedia menerima dan melindungi Nabi seandainya Nabi pindah ke Ytasrib. Keenam pemuda yang telah menyatakan ke Islamannya itu, belum berani memberikan jaminan keselamatan diri nabi dan umat Islam lainnya, bila mereka pindah ke Yatsrib, sebab mereka sendiri sedang terlibat permusuhan di negerinya. Setibanya di Yatsrib keenam pemuda itu menyebarkan berita tentang datangnya seorang rasul di tengah-tengah masyarakat Arab untuk menunjukkan mereka jalan yang lurus dan meyelamatkan mereka dari jalan kehidupan yang sesat. Sebagian pengikut Yahudi yang menanti-nanti datangnya rasul terakhir, sebagaimana yang dinayatakan dalam kitab suci mereka, sangat gembira mendengar berita tersebut.

Sejumlah orang Yatsrib datang ke Mekkah setiap datangnya musim haji. Sebagian mereka yang telah menerima seruan Nabi Muhammad saw menyatakan keimanannya kepada ajaran Islam. Peristiwa ini merupakan titik terang dalam perjalanan risalah nabi Muhammad saw karena penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap misi yang disampaikan membuka lembaran baru dalam usaha beliau menyampaikan ajaran Islam.

b. Perjanjian Aqabah I

Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, nabi Muhammad saw menemui rombongan haji dari Yatsrib. Rombongan haji tersebut berjumlah sekitar 12 orang. Kepada mereka nabi Muhammad saw menyampaikan dakwahnya. Seruan itu mendapat sambutan hangat sehingga mereka menyatakan keislamannya di hadapan nabi Muhammad saw. Pertemuan tersebut terjadi di salah satu bukit di kota Mekkah, yaitu bukit Aqabah. Di sini mereka mengadakan persetujuan untuk membantu Nabi Muhammad saw dalam menyebarkan Islam. Oleh karena pertemuan tersebut dilakukan di Bukit Aqabah, maka kesepakatan yang mereka buat disebut perjanjian Aqabah. Isi perjanjian Aqabah itu antara lain sebagai berikut:

1) Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad saw
2) Mereka menyatakan rela berkorban harta dan jiwa
3) Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya
4) Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah
5) Mereka menyatakan tidak akan membunuh
6) Mereka menyatakan tidak akan melakukan kecurangan dan kedustaan

Ketika rombongan akan kembali ke Yatsrib, Nabi Muhammad saw mengutus salah seorang sahabatnya bernama Mush’ab bin Umair untuk membantu penduduk Yatsrib yang telah menyatakan keislamannya dalam menyebarkan ajaran Islam di kota tersebut. Setibanya di Yatsrib mereka giat mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat, sehingga dalam waktu singkat agama Islam berkembang dan pengikutnya semakin bertambah.


c. Perjanjian Aqabah II

Pada tahun ke 13 kenabian bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah Yatsrib datang kembali ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Jamah itu berjumlah sekitar 73 orang. Setibanya di kota Mekkah mereka menemui Nabi Muhammad saw dan atas nabi Muhammad saw dan atas nama penduduk Yatsrib mereka menyampaikan pesan untuk disampaikan kepada nabi Muhammad saw . Pesan itu adalah berupa permintaan masyarakat Yatsrib agar nabi Muhammad saw bersedia datang ke kota mereka, memberikan penerangan tentang ajaran Islam dan sebagainya. permohonan itu dikabulkan nabi Muhammad saw dan beliau menyatakan kesediaannya untuk datang dan berdakwah di sana. Untuk memperkuat kesepakatan itu, mereka mengadakan perjanjian kembali di bukit Aqabah. Karenanya, perjanjian ini dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Perjanjian Aqabah II.

Diantara isi perjanjian Aqabah II ini adalah sebagai berikut:
1) Penduduk Yatsrib siap dan bersedia melindungi nabi Muhammad saw
2) Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa
3) Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada sanak keluarga mereka
4) Penduduk Yatsrib siap menerima segala resiko dan tantangan

Dengan keputusan ini terbukalah di hadapan nabi saw harapan baru untuk memperoleh kemenangan, karena telah mendapat jaminan bantuan dan perlindungan dari masyarakat Yatsrib. Sebab itu pula, kemudian nabi saw memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib, karena di kota Mekkah mereka tidak dapat hidup tenag dan bebas dari gangguan, ancaman dan penyiksaan dari orang-orang kafir Quraisy.

Selain itu, ada beberapa factor yang mendorong nabi memilih Yatsrib sebagai tempat hijrah umat Islam.
1) Yatsrib adalah tempat yang paling dekat 
2) Sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah mempunyai hubungan baik dengan penduduk kota tersebut. Hubungan itu berupa ikatan persaudaraan karena kakek nabi, Abdul Muthalib beristrikan orang Yatsrib. Disamping itu, Ayahnya juga dimakamkan di sana.
3) Penduduk Yatsrib sudah dikenal nabi karena kelembutan budi pekerti dan sifat-sifatnya yang baik
4) Bagi diri nabi sendiri, hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah saw


Sumber Rujukan:

  • Murodi. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII. Semarang: PT Karya Toha Putra
  • Kementrian Agama RI. 2014. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam; Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah X. 


Post a Comment for "STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKKAH (HIJRAH HABSYI 1& 2, MISI KE THAIF, DAN PERJANJIAN AQABAH 1&2) LENGKAP"