Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

FORUM DISKUSI MODUL 6 KB 4 TENTANG MENELAAH HASIL TES

Bagaimana cara mengetahui apakah alat tes yang kita buat itu berkualitas atau tidak?Bagaimana cara menggunakan hasil tes yang benar? bagaimana jika hasil tes seorang siswa baik? dan Bagaimana jika tidak baik?

Cara mengetahui alat tes yang kita buat berkualitas atau tidak

Untuk mengetahui alat tes yang telah kita buat berkualitas atau tidak dapat dilakukan analisis/telaah pada alat tes tersebut. Cara analisis terhadap alat tes dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu:

1. analisis secara teoritis (kualitatif) yaitu telaah soal yang difokuskan pada aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Aspek materi berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan serta tingkat berpikir yang terlibat, aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal, dan aspek bahasa berkaitan dengan kejelasan hal yang ditanyakan. Telaah kualitas soal pada aspek konstruksi dimaksudkan untuk mengetahui teknik penulisan butir-butir soal sudah merujuk pada kaidah-kaidah penulisan soal yang baik. Pada aspek bahasa, telaah soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan cukup jelas dan mudah dimengerti, tidak menimbulkan multi interpretasi, serta sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa yang berlaku. 

Secara teoritis, kualitas soal tes bentuk objektif dapat ditelaah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 

Materi: 

  • Butir harus sesuai dengan indicator yang ditetapkan 
  • Hanya ada satu jawaban yang benar 
  • Pengecoh homogin, dan berfungsi 

Konstruksi :

  • Pokok soal harus dirumuskan secara jelas
  • Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja
  • Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar
  • Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda
  • Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjaudari segi materi
  • Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama
  • Pilihan jawaban yang berbentu angka atau waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologis waktunya
  • Gambar/grafik/tabel/diagaram dan sejenisnya harusn jelas dan berfungsi
  • Butir tes tidak tergantung pada jawaban sebelumnya.



Bahasa:

  • Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indoensia
  • Menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dimengerti
  • Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian
  • Menggunakan istilah baku 


2. analisis secara empiris (kuantitatif), yaitu telaah soal berdasarkan data lapangan (uji coba). Analisis karakteristik butir soal mencakup analisis parameter kuantitatif dan kualitatif butir soal. Parameter kuantitatif berkaitan dengan analisis butir soal berdasarkan atas tingkat kesukaran, daya beda, dan keberfungsian alternative pilihan jawaban. Parameter kualitatif berkaitan dengan analisis butir soal berdasarkan atas pertimbangan ahli (expert judgement). 

  1. Tingkat Kesukaran; adalah angka yang menunjukkan besarnya proporsi peserta tes yang menjawab betul pada suatu butir. Rentang angka ini adalah 0,00 sampai 1,00. Jika suatu butir soal memiliki tingkat kesukaran 0,00 berarti tidak ada peserta tes yang menjawab butir soal tersebut dengan benar. Dengan kata lain butir soal terlalu sukar. Sebaliknya, jika butir soal memiliki tingkatkesukaran 1,00 berarti semua peserta tes dapat menjawab butir soal dengan benar. Dengan kata lain, butir soal terlalu mudah. Rentang tingkat kesukaran yang dapat digunakan sebagai kriteria adalah: lebih 3 kecil dari 3,00 masuk kategori sukar, antara 0,30 – 0,80 termasuk cukup/sedang, dan lebih besar dari 0,80 termasuk mudah. 
  2. Daya Beda Daya beda butir soal; adalah indeks yang menggambarkan tingkat kemampuan suatu butir soal untuk membedakan kelompok yang pandai dari kelompok yang kurang pandai. Interpretasi daya beda selalu dikaitkan dengan kelompok peserta tes. Artinya, suatu daya beda butir soal yang dianalisis berdasarkan data kelompok tertentu belum tentu dapat berlaku pada kelompok yang lain. Interpretasi daya beda butir soal untuk peserta tes kelas bias berbeda dengan interpretasi daya beda kelas B untuk mata pelajaran yang sama. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan masing-masing kelompok.
  3. Keberfungsian Alternatif Pilihan Jawaban; Dalam tes hasil belajar berbentuk objektif dengan model pilihan ganda, umumnya memiliki (4) empat atau (5) lima alternatif pilihan jawaban dimana salah satu alternatif jawabannya adalah jawaban yang benar (kunci jawaban). Alternatif pilihan jawaban yang salah sering disebut dengan istilah pengecoh (distractor). Alternatif pilihan jawaban dalam suatu butir soal dikatakan berfungsi jika semua pilihan jawaban tersebut dipilih oleh peserta tes dengan kondisi dimana jawaban yang benar lebih dipilih dari pada alternatip pilihan jawaban yang lain. Pengecoh berfungsi jika paling sedikit 5% dari peserta tes memilih jawaban tersebut.
  4. Omit; adalah proporsi peserta tes yang tidak menjawab pada semua alternatif jawaban. Butir soal yang baik jika omit paling banyak 10% dari peserta tes.
  5. Validitas Soal tes bentuk objektif dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya pengukuran tersebut. Konsep validitas juga terkait dengan kecermatan pengukuran, yaitu kemampuan untuk mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil sekalipun yang ada dalam atribut yang diukurnya. Secara empiris, suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila memenuhi dua criteria, yaitu: (a). instrumen tersebut harus mengukur konsep atau variable yang diharapkan hendak diukur dan harus tidak mengukur konsep atau variable lain yang tidak diharapkan untuk diukur, dan (b). instrumen tersebut dapat memprediksi perilaku yang lain yang berhubugan dengan variabel yang diukur. Analisis validitas dapat dilakukan pada dua kawasan yaitu analisis untuk keseluruhan isi instrumen dan analisis untuk masing-masing butir soal atau tes.
  6. Reliabilitas Reliabilitas; adalah indeks yang menggambarkan sejauh suatu instrumen dapat diandalkan. Analisis reliabilitas selalu dikaitkan dengan konsistensi pengukuran, yaitu bagaimana hasil pengukuran tetap (konstan) dari satu pengukuran kepengukuran yang lain. Dalam memahami makna reliabilitas dapat didekati dengan memperhatikan tiga aspek yang terkait dengan alat ukur, yaitu: kemantapan, ketepatan, dan homogenitas. Kemantapan merujuk pada hasil pengukuran yang sama pada pengukuran berulang-ulang dalam kondisi yang sama. Ketepatan merujuk pada istilah tepat dan benar dalam mengukur dari sesuatu yang diukur. Artinya, instrumen tersebut memiliki pernyataan-pernyataan yang jelas, mudah dimengerti, dan detail. Homogenitas merujuk pada tingkat keterkaitan yang erat antar unsur-unsurnya. (Modul 6 KB 4 tentang Menelaah hasil tes, hal: 1-4).



ilustrasi telaah hasil tes


Cara menggunakan hasil tes

Hasil tes dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan peserta didik dalam menerapkan  pengetahuan dalam tugas tertentu. Agar hasil tersebut dapat memberikan informasi yang akurat tentang kemampuan dan perkembangan peserta didik, maka tes yang telah dilakukan harus diolah dan ditafsirkan terlebih dahulu. 
Adapun prosedur pengolahan hasil tes, meliputi beberapa tahapan berikut ini:

  1. Melakukan Pensekoran, yakni memberikan skor pada hasil penilaian yang dapat dicapai oleh responden (peserta didik). Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan kunci jawaban, kunci pensekoran dan pedoman pengangkaan. Tiga macam alat bantu penskoran atau pengangkaan berbeda-beda cara penggunaannya untuk setiap butir soal yang ada dalam alat penilai. 
  2. Mengkonversi skor mentah menjadi skor standar, yakni menghitung untuk mengubah skor yang diperoleh peserta didik yang mengerjakan alat penilaian disesuaikan dengan norma yang dipakai. 
  3. Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, yakni kegiatan akhir dari pengolahan hasil penilaian yang berupa pengubah skor ke nilai, baik berupa huruf atau angka. Hasil pengolahan hasil penilaian ini akan digunakan dalam kegiatan penafsiran hasil penilaian. Untuk memudahkan penafsiran hasil penilaian,maka hasil akhir pengolahan tes dapat diadministrasikan dengan baik.
  4. Setelah hasil tes tersebut diolah, langkah berikutnya adalah menafsirkan data sehingga memberikan makna. Intrepetasi data dilakukan dengan mengacu pada kriteria tertentu yang dibuat oleh guru sebelumnya. Kriteria tersebut merujuk pada tujuan pembelajaran atau kompetensi pada mata pelajaran tertentu yang telah dijabarkan dalam indikator ketercapaian kompetensi yang dapat diukur dan diamati. 


Untuk menafsirkan data, dapat digunakan dua jenis penafsiran data, yaitu penafsiran kelompok dan penafsiran individual.

  1. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil tes, seperti prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru dan materi pelajaran yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuan utamanya adalah sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok, dan untuk mengadakan perbandingan antar kelompok. 
  2. Penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya tertuju pada individu saja. (Modul 6 KB 4 tentang Menelaah tes hasil belajar, hal:5).

Cara menggunakan hasil tes adalah; hasil tes yang sudah melalui prosedur pengolahan dan penafiran data akan memberikan informasi yang akurat dan valid tentang hasil belajar siswa dalam kompetensi tertentu. informasi hasil tes tersebut akan digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalm tugas tertentu. Dalam kegiatan ini, guru akan melihatbhasil tes peserta didik dengan mengacu pada kroteria yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu kriteria ketuntatasan minimal (KKM). JIka, hasil tes berupa informasi yang menggambarkan "nilai" yang dihasilkan di bawah KKM, maka peserta didik tersebut termasuk dalam kategori peserta didik yang belum tuntas atau belum menguasai penerapan pengetahuan pada kompetensi tertentu. Sebaliknya jika hasil tes yang diperoleh sama atau berada di atas KKM, maka peserta didik tersebut tergolong peserta didik yang tuntas atau sudah menguasai penerapan pengertahuan pada kompetensi tertentu.

Bagaimana jika hasil tes seorang siswa baik? dan bagaimana jika tidak baik?

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian atas tentang cara menggunakan hasil tes yang mengacu pada kriteria ketuntasan minimal yang telah dibuat oleh guru berdasarkan pada indikator ketercapaian kompetensi tertentu yang dapat diamati dan diukur.

Jika hasil tes menunjukkan nilai di bawah KKM, maka peserta didik tersebut tergolong peserta didik yang belum menguasai penerapan pengetahuan pada kompetensi tertentu (hasil tes kurang baik). Maka, peserta didik tersebut harus mengikuti program remedial. Sebelum memberikan kegiatan remedial, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah memberikan bimbingan secara intensif terkait kompetensi yang belum dikuasai. Setelah itu, peserta didik diberikan kegiatan remedial dengan tes yang sama sehingga peserta didik tersebut dapat mencapai kompetensi tertentu sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Sebaliknya, jika hasil tes menunjukkan nilai sama atau di atas KKM yang telah ditentukan, maka peserta didik tersebut tergolong peserta didik yang telah menguasai penerapan pengetahuan pada komptensi tertentu (hasil tes baik). Maka, peserta didik tersebut akan ditindaklanjuti dengan program pengayaan. Program pengayaan dapat dilakukan dengan memberikan tugas atau menambah refrensi belajar tambahan yang relevan dengan kompetensi tertentu.
Kriterian ketuntasan minimal (KKM) yang telah dibuat oleh guru haruslah mengacu pada 3 hal:

  • Kompleksitas
  • Intake
  • Guru dan Daya dukung

KKM yang dibuat oleh guru berdasarkan pada kompetensi yang telah dijabarkan dalam indikator ketercapaian komopetensi yang dapat diukur dan diamati. 

Post a Comment for "FORUM DISKUSI MODUL 6 KB 4 TENTANG MENELAAH HASIL TES"