Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tugas Akhir Modul Tiga PPG 2019

TUGAS AKHIR MODUL 3 
APLIKASI TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2019
MAKALAH TENTANG PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN 
DALAM INGATAN MANUSIA





Nama Peserta         : KUSMIARSEH, M.Pd.I
NUPTK         : 1042766666300013
Nomor Peserta : 1042766666300013
Bidang Studi Sertifikasi : Sejarah Kebudayaan Islam
Sekolah Asal         : MAS Annuriyyah Rambipuji Jember 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding makhluk yang lainnya. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dilengkapi dengan akal pikiran. Dalam Islam, akal dapat digunakan berpikir dalam membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang salah dan yang benar.
“Berpikir dapat diartikan menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Proses berpikir merupakan proses kompleks dan tidak dapat dilihat secara langsung bagaimana otak bekerja dan informasi di olah.Informasi yang diterima melalui alat indera akan dipersepsikan oleh bagian-bagian yang berfungsi secara khusus” (Rehalat dalam Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 2014:1).
Manusia dewasa mempunyai lebih dari 100 milyar neoron, yang satu sama lain berhungan secara spesifik dan rumit sehingga memungkinkan untuk mengingat, melihat, belajar, berpikir dan sebagainya (Schatz 1992 dalam Japardi). Struktur otak terbentuk sesuai dengan program yang secara biologis tersimpan dalam DNA, dan organ tersebut baru bekerja setelah selesainya seluruh penataan yang rumit tersebut (Japardi, 2002: 1).

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana teori pengorganisasian informasi atau pengetahuan dalam ingatan manusia
  2. Bagaimana sistem pengorganisasian Informasi atau pengetahuan dalam ingatan manusia
  3. Bagaimana penerapan dan Implikasi dari teori pengorganisasian informasi atau pengetahuan dalam ingatan manusia dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?


C. Tujuan 
  1. Untuk membahas tentang teori pengorganisasian informasi atau pengetahuan dalam ingatan manusia
  2. Untuk membahas tentang sistem pengorganisasian Informasi atau pengetahuan dalam ingatan manusia
  3. Untuk membahas tentang penerapan dan implikasi dari teori pengorganisasian informasi atau pengetahuan dalam ingatan manusia pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Pengorganisasian Informasi Atau Pengetahuan Dalam Ingatan Manusia

 Pengorganisasian informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa penggolahan informasi dapat dikatakan sebagai bagaimana respon individu terhadap informasi yang lingkungan di sekiarnya. Teori ini kemudian berkembang menjadi teori belajar yang disebut dengan teori sibernetik.

 Dibandingkan dengan teori belajar lainnya, teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relative baru. Teori sibernetik berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat. Konsep belajar menurut teori sibernetik berfokus pada pengolahan informasi dalam arti bahwa terjadinya proses belajar sangat dipengaruhi oleh system informasi dalam situasi dan kondisi tertentu (Gunawan dan Darmani, 2018: 25).

 Dalam teori sibernetik, proses belajar sangat penting, namun yang paling penting adalah bagaimana system informasi diproses sehingga dapat dipelajari peserta didik karena informasi inilah yang akan menentukan proses proses belajar. Dengan kata lain, berlangsungnya proses belajar sangat ditentukan oleh informasi yang dipelajari (Budingsih, 2005).

 Teori sibernetik menganalogikan manusia dengan mesin dan peserta didik dikonseptualisasikan sebagai system umpan balik yang mengatur dan mengontrol dirinya sendiri. Teori sibernetik menjelaskan pengertian belajar sebagai proses pengolahan informasi yang dilakukan oleh peserta didik dalam rangka membentuk pengetahuan, nilai dan keterampilan yang bermanfaat positif bagi kehidupan dirinya dan orang lain.

 Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolahan informasi, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.

 Asumsi di atas direfleksikan ke dalam suatu model belajar dan pembelajaran. Model tersebut menggambarkan proses mental dalam belajar yang secara tersetrukur membentuk suatu; sistem kegiatan mental (http://anissuhar7.blogspot.com/2017/02/teori-belajar-sibernetik-dan.html).

2.2  Sistem Pengorganisasian Informasi Atau Pengetahuan Dalam Ingatan Manusia

Sistem pengorganisasian informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi, yaitu:
  1. Bahwa antara stimulus dan respon berpijak pada tiga asumsi, yaitu: Pemrosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
  2. Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
  3. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.

 Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan menjadi komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa” dan Ketiga komponen tesebut adalah:

  1. Sensory Recoptor (SR)

Sensory Recptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.

      2. Warking Memory (WM)

Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.

       3. Long Term Memory (LTM)

 Dalam Long Term Memory (LTM) diasumsikan : Pertama, berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu. Kedua, mempunyai kapasitas tidak terbatas. Ketiga sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.

 Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Asubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu. Proses pengelolaan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrival) (http://anissuhar7.blogspot.com/2017/02/teori-belajar-sibernetik-dan.html).

2.3 Penerapan dan Implikasi Teori Pengorganisasian Informasi Atau Pengetahuan Dalam                 Ingatan Manusia pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

A. Penerapan Teori Pengorganisasian Informasi Atau Pengetahuan Dalam Ingatan Manusia Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

 Pada pembahasan bagian ini akan dibahas dengan disertai deskripsi contoh konkrit pelaksanaannya dalam proses pembelajaran PAI. Yang dijadikan contoh pada pembahasan ini adalah proses pembelajaran dengan pendekatan teori pengolahan informasi pada Mata Pelajaran Agama yaitu Sejarah Kebudayaan Islam, mengingat penyusun makalah merupakan guru bidang studi SKI.

 Penerapan teori pengolahan informasi dalam pembelajaran PAI diasumsikan bahwa memori manusia itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi suatu sandi-sandi informasi dan keterampilan bagi penyimpananya untuk di pelajari. 

 Penerapan teori belajar ini dalam pembelajaran PAI perlu memperhatikan beberapa komponen pengolahan informasi meliputi stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mengungkapkan kembali (retrival). Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yaitu:

  1. Membimbing untuk menerima stimulus, peran guru dalam kegiatan ini membimbing siswa agar manerima stimulus dari sebuah infermasi yang terkait dengan materi. Misalnya pada mata pelajaran SKI tentang keteladanan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dalam KBM, guru menayangkan video tentang kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang sederha dan bersahaja.
  2. Memperlancar pengkodean, Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan kedalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode ringkasan guna memudahkan dan mengingat kembali informasi tersebut di kemudian hari. Misalnya pada mata pelajaran SKI, siswa dapat membuat semacam glosarium untuk lebih mengingat arti beberapa istilah dalam Sejarah Islam seperti Futuhat Islamiyah, dakwah syiriyyah, jahriyyah, Nidamul harbi, Nidamul Idari, Assabiqunal Awwalun dan sebagainya.
  3. Memperlancar penyimpanan dan retrieval. Dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Misalnya, pada mata pelajaran SKI, guru dapat memperlihatkan sebuah peta/gambar yang terkait dengan materi. Atau bisa juga dengan munggunakan key word sebagai kata-kata pokok yang ditujukan agar siswa dapat mengingat dan mengungkap kembali pengetahuannya yang berhubungan dengan materi yang digali. Misal guru menampilkan kata-kata pokok tentang organisasi pemerintahan Dinasti Umayyah, dengan menggunakan LCD proyektor missal Nidamul Mali, Nidamul Harbi dan seterusnya. Kemudian siswa diminta kembali pengetahuannya tentang hal tersebut.


B. Implikasi Teori Pengorganisasian Informasi Atau Pengetahuan Dalam Ingatan Manusia             Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

 Berdasarkan pembahasan tersebut memberikan implikasi secara teoritik dan praktik, yaitu memperkuat akan teori belajar sibernetik. Teori belajar pengorganisasian informasi atau disebut dengan teori sibernetik meskipun baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang telah ada, namun, teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Sehingga berpengaruh terhadap cara belajar peserta didik. cara belajar secara sibernetik terjadi jika peserta didik mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Hal yang terpenting dalam teori ini adalah “Sistem Informasi” yang akan menentukan terjadinya proses belajar.

 Implikasi secara praktik berkaitan dengan Tuntutan masyarakat di era modern saat ini membutuhkan pendidikan yang berkualitas yang berbasis teknologi informasi. Teknologi informasi adalah salah satu yang terpenting dalam teori belajar sibernetik karena teori ini lebih mementingkan sistem informasi dibandingan proses belajar. Sistem informasi inilah yang perlu dibangun oleh para pendidik (https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/9613/25.pdf?sequence=1&isAllowed=y).
Sebagai guru PAI, menjadi suatu keharusan untuk mengikuti dan menguasai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Pengintegrasian TIK kedalam proses pembelajaran dengan berbagai pendekatan haruslah dilakukan oleh guru PAI, karena termasuk dalam kompetensi pedagogik. Sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 16 tahun 2010 bab IV, Pasal 16 ayat (1) point (e) yang berbunyi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan agama.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tentang teori pengorganisasian informasi dalam ingatan manusia, dapat disimpulkan:

  1. Pengorganisasian informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan.
  2. Sistem pengorganisasian informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrival)
  3. Penerapan teori pengorganisasian informasi dalam pembelajaran PAI perlu memperhatikan beberapa hal yang esensial dari pembelajaran yaitu; membimbing siswa menerima stimulus, memperlancar pengkodean, penyimpanan dan retrieval. Implikasi secara praktik berkaitan dengan Tuntutan masyarakat di era modern saat ini membutuhkan pendidikan yang berkualitas yang berbasis teknologi informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Darmani dan Gunawan. 2018. Membuat Karya Tulis Ilmiah Mudah dan Menyenangkan. Sidoarjo : Lizamia Learning center
Gunawan dan Darmani. 2018. Model dan Strategi Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan. Sidoarjo : Lizamia Learning center
Japardi, Iskandar. 2002. Learning and Memory. Digital Library
Rehalat, Aminah. 2014. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, Edisi 2
Peraturan Menteri Agama No. 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah
https://lms2.ppgdaljab.spada.ristekdikti.go.id/course/view.php?id=28#section-6;Modul Pembelajaran 2 tentang Pengembangan Karir Profesi Guru
http://anissuhar7.blogspot.com/2017/02/teori-belajar-sibernetik-dan.html
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/9613/25.pdf?sequence=1&isAllowed=y
http://iwyekaswarjawa.blogspot.com/2018/10/makalah-pengorganisasian.html
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/teori-pemrosesan-informasi-dan.html
https://islami.co/tiga-fungsi-akal-dalam-al-quran/

Post a Comment for "Tugas Akhir Modul Tiga PPG 2019"