LAPORAN STUDI PUSTAKA TENTANG PERUBAHAN SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT BAB 3
ANALISIS SOSIOLOGIS TENTANG PERUBAHAN SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DISUSUN OLEH MAR'ATUS SUFIAH SISWI KELAS XII IPS
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Proses Terjadinya Perubahan Sosial di Masyarakat
Kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial
merupakan gejala yang wajar timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam
masyarakat. Perubahan-perubahan sosial akan terus berlangsung selama masih
terjadi interaksi antara manusia dan antara masyarakat. Perubahan sosial dapat
terjadi melalui difusi, akulturasi, asimilasi, dan akomodasi.
Laporan studi pustaka tentang perubahan sosial bab 3 |
1.
Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan, ide-ide, keyakinan, hasil-hasil kebudayaan, dan sebagainya dari
individu kepada individu lain dari satu golongan ke golongan lain. Dalam suatu
masyarakat atau dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Dari pengertian
tersebut dapat dibedakan dua macam difusi yaitu difusi intra masyarakat dan
difusi antar masyarakat.
a) Difusi
intra masyarakat (intra society diffution),
yaitu difusi unsur kebudayaan antar individu atau golongan dalam suatu
masyarakat. Difusi intra masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut
ini:
1)
Adanya suatu pengakuan bahwa unsur baru
tersebut mempunyai banyak kegunaan.
2) Ada
tidaknya unsur kebudayaan yang memengaruhi diterima atau tidaknya unsur yang
lain.
3) Unsur
yang baru yang berlawanan dengan unsur lama kemungkinan besar tidak akan
diterima.
4) Kedudukan
dan peranan sosial dari individu yang menemukan sesuatu yang baru tadi akan
dengan mudah diterima atau tidak.
5) Pemimpin
atau penguasa dapat membatasi proses difusi tersebut.
b) Difusi
antar masyarakat (intersociety diffution),
yaitu difusi unsur kebudayaan dari masyarakat ke masyarakat lain. Faktor-faktor
yang memengaruhi difusi antar masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Adanya
kontak antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
2) Kemampuan
untuk mendemonstrasikan manfaat penemuan baru tersebut.
3) Pengakuan
akan kegunaan penemuan baru tersebut.
4) Ada
tidaknya unsur kebudayaan lain yang menyaingi unsur penemuan baru tersebut.
5) Peranan
masyarakat dalam menyebarkan penemuan baru tersebut.
6) Paksaan
untuk menerima unsur baru tersebut.
Mengenai masuknya unsur-unsur baru ke dalam suatu
masyarakat dapat terjadi melalui perembesan secara damai, perembesan dengan
kekerasan, dan simbolik.
a. Perembesan
damai (penetrahon passifiaue), yaitu
masuknya unsur baru ke dalam suatu masyarakat tanpa kekerasan dan paksaan.
Namun, justru mengakibatkan masyarakat yang menerima semakin maju. Contohnya
masuknya internet ke sekolah-sekolah
b. Perembesan
dengan kekerasan (penetration violente),
yaitu masuknya unsur baru ke dalam suatu masyarakat yang diwarnai dengan
kekerasan dan paksaan, sehingga merusak kebudayaan masyarakat penerima.
Contohnya masuknya budaya asing pada masa penjajahan kolonial Belanda.
c. Simbolik,
yaitu proses masuknya unsur-unsur kebudayaan atau dari dalam masyarakat yang
hidup berdampingan. Ada tiga macam proses simbolik, yaitu mutualistik,
komensalistik, dan parasitistik.
1) Mutualistik,
yaitu simbiosis yang paling menguntungkan.
2) Komensalistik,
yaitu simbiosis dimana suatu pihak mendapatkan keuntungan tetapi pihak lain
tidak untung namun juga tidak rugi.
3) Parasitistik,
yaitu simbiosis dimana satu yang mendapatkan keuntungan dan pihak lain menerima
kerugian.
2.
Akulturasi
Akuulturasi merupakan proses sosial yang timbul
apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaannya tanpa
menghilangkan sifat khas kepribadian kebudayaan asli. Proses akulturasi dapat
berjalan sangat cepat atau lambat tergantung persepsi masyarakat setempat terhadap
budaya asing yang masuk. Apabila
masuknya melalui proses pemaksaan, maka akulturasi memakan waktu relatif
lama. Sebaliknya apabila masuknya melalui proses damai, akulturasi tersebut
akan berlangsung relatif cepat.
3.
Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial tingkat lanjut yang
timbul apabila terdapat golongan-golongan manusia yang mempunyai latar belakang
kebudayaan yang berbeda-beda, saling berinteraksi dan bergaul secara langsung
dan intensif dalam waktu yang lama, dan kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan
tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas menjadi unsur-unsur kebudayaan
yang baru yang berbeda dengan aslinya. Asimilasi terjadi sebagai usaha untuk
mengurangi perbedaan antara individu atau antar kelompok guna mencapai suatu
kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut
koentjoroningrat, proses asimilasi akan timbul apabila ada kelompok-kelompok
yang berdeda-berbeda kebudayaan saling berinteraksi secara langsung dan terus
menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga kebudayaan masing-masing
kelompok berubah dan saling menyesuaikan diri.
4.
Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
menunjukkan terciptanya keseimbangan dalam hubungan-hubungan sosial antar
individu dan kelompok-kelompok sehubungan dengan norma-norma dan nilai-nilai
yang berlaku di masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk kepada
usaha-usaha untuk mencapai kestabilan interaksi sosial (http://blog.unnes.ac.id/fafarinkhah/2015/11/05/prosesperubahan-sosial/).
3.2
Faktor
Internal Penyebab Perubahan Sosial Dalam Masyarakat
Perubahan sosial bisa disebabkan oleh faktor internal
atau faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan faktor eksternal
atau faktor yang berasal dari luar masyarakat. Berikut penjelasan mengenai
faktor-faktor penyebab perubahan sosial.
1. Bertambah
atau berkurangnya penduduk.
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat menyebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat terutama yang menyangkut
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem milik atas tanah mengalami
perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual atas tanah, sewa
tanah, gadai tanah, dan bagi hasil yang sebelumnya tidak dikenal. Berkurangnya
penduduk mungkin disebabkan oleh berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau
daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi). Perrpindahan penduduk tersebut
mungkin mengakibatkan kekosongan, misalnya dalam bidang pembagian kerja,
stratifikasi sosial, dan selanjutnya yang memengaruhi lembaga-lembaga
kemasyarakatan.
2. Penemuan-penemuan
baru
Adanya penemuan baru dapat menyebabkan terjadinya
perubahan. Proses penemuan baru disebut inovasi. Penemuan baru sebagai sebab
terjadinya perubahan-perubahan dibedakan menjadi dua yaitu discovery dan
invention. Discovery adalah penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru,
baik yang berupa suatu alat baru maupun yang berupa suatu ide yang baru yang
diciptakan oleh seorang individu atau suatu rangkaian ciptaan-ciptaan dari
individu-individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Invention adalah penemuan
baru yang sudah diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat. Dengan
demikian, discovery baru menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui,
menerima, dan menerapkan penemuan baru tersebut.
Faktor pendorong bagi individu-individu untuk mencari
penemuan-penemuan baru antara lain sebagai berikut:
a. Kesadaran
dari perseorangan akan kekurangan dalam kebudayaan.
b. Kualitas
dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
c. Perangsang
bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
Penemuan baru dalam kebudayaan jsmaniah atau kebendaan
memberikan berbagai macam pengaruh pada masyarakat, yaitu sebagai berikut:
a. Penemuan
baru tidak hanya terbatas pada satu bidang tertentu tetapi juga meluas ke
bidang-bidang lain, contohnya penemuan radio menyebabkan perubahan-perubahan
dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan yaitu pendidikan, agama, pemerintahan,
rekreasi, dan sebagainya.
b. Penemuan
baru mengakibatkan perubahan-perubahan yang menjalar dari suatu lembaga
kemasyarakatan ke lembaga kemasyarakatan lain. Misalnya dilakukannya bom atom
pada masa perang dunia dua telah mengubah metode perang yang terbatas menjadi
tidak terbatas.
c. Beberapa
jenis penemuan baru dapat pula mengakibatkan satu jenis perubahan sebagai
contoh, penemuan berbagai alat transportasi seperti mobil dan kereta api serta
alat komunikasi seperti telepon menyebabkan tumbuhnya lebih banyak pusat
kehidupan di daerah pinggiran kota yang dinamakan sub-urban.
3. Pertentangan
(konflik)
Pertentangan dalam masyarakat sering disebut konflik.
Pertentangan atau konflik cenderung terjadi dalam kehidupan manusia. Kondisi
tersebut terjadi sebagai konsekuensi hubungan sosial yang dijalin manusia.
Menurut Ralf Dahrendirf, konflik dapat menghasilkan perubahan sosial atau dapat
diartikan sebagai sumber terjadinya perubahan sosial. Pertentangan atau konflik
dalam masyarakat terjadi karena terdapat perbedaan kepentingan antar kedua
belah pihak.
Pertentangan dalam masyarakat dapat terjadi antar
kelompok sosial dan antar kelas sosial. Misalnya, konflik Ambon dan Poso
menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut
dipengaruhi oleh rusaknya infrastruktur, banyaknya korban jiwa dan terluka,
serta banyaknya jumlah warga mengungsi. Pertentangan juga dapat terjadi dalam
sebuah kelompok masyarakat. Misalnya, pandangan masyarakat Batak bahwa dalam
keluarga harus ada anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan keluarga.
Keyakinan tersebut mendorong keluarga-keluarga yang belum memperoleh anak
laki-laki terus berupaya mendapatkannya meskipun jumlah anaknya telah banyak.
Seiring berjalannya waktu, terutama masyarakat Batak yang berpengalaman
merantau, pikiran dan keyakinan tersebut menjadi lebih longgar. Mereka
berpandangan bahwa anak menantu laki-laki adalah anak mereka juga.
4. Terjadinya
pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri
Perubahan dapat terjadi karena adanya pemberontakan
oleh kekuatan kekuatan dalam masyarakat terhadap kondisi yang telah mapan.
Sebagai contoh, adanya revolusi Prancis yang merupakan pemberontakan masyarakat
kelas bawah yang tertindas terhadap kekuasaan kerajaan yang bertindak
sewenang-wenang.
Contoh lain adalah revolusi yang terjadi pada bulan
oktober 1917 di Rusia yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan besar
pada negara tersebut yang mula-mula mempunyai bentuk kerajaan absolute berubah
menjadi diktator proletariat yang didasarkan pada doktrin marxisme.
Lembaga-lembaga kemasyarakatan mulai dari bentuk negara sampai keluarga
mengalami perubahan-perubahan yang besar sampai ke akar-akarnya.
3.3
Faktor
Eksternal Penyebab Perubahan Sosial Dalam Masyarakat
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal
dari luar masyarakat. Faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sosial budaya yaitu sebagai berikut.
1. Lingkungan
alam fisik yang ada disekitar masyarakat
Perubahan dapat disebabkan oleh lingkungan fisik
seperti terjadinya gempa bumi, angin topan, dan banjir bandang dapat
menyebabkan masyarakat yang mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa harus
meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat
tinggalnya yang baru, mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alamnya
yang baru tersebut. Kemungkinan hal tersebut mengakibatkan terjadinya
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebagai contoh, suatu
masyarakat yang mula-mula hidup sebagai nelayan kemudian meninggalkan tempat
tinggalnya karena tempat tersebut dilanda tsunami, mereka kemudian menetap di
suatu daerah yang memungkinkan mereka untuk bertani. Hal ini mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam diri masyarakat tadi, misalnya timbul lembaga
kemasyarakatan baru yaitu pertanian.
Kadang-kadang sebab-sebab yang bersumber pada
lingkungan alam fisik disebabkan oleh tindakan-tindakan para warga masyarakat
itu sendiri, misalnya karena penggunaan tanah secara besar-besaran tanpa
memperhitungkan lapisan humus tanah tersebut, kegiatan pertambangan yang
dilakukan dengan tidak disertai perhitungan yang matang sering menyebabkan
bencana pada masyarakat disekitarnya.
Sebagai contoh, kegiatan-kegiatan penambangan dengan
resiko tinggi yang dilakukan dengan pengeboran dalam, apalagi dilakukan di
tengah-tengah pemukiman penduduk yang padat akan beresiko terjadinya kebocoran
atau polusi. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan masyarakat yang bersangkutan
terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya untuk menetap di wilayah yang lain
karena merasa tidak nyaman dan terganggu kehidupan sehari-harinya.
2. Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat menyebabkan terjadinya
perubahan yang sangat besar, baik pada lembaga pemasyarakatan maupun struktur
masyarakatnya. Negara yang menang perang biasanya akan memaksa negara yang kala
untuk tunduk dan takluk menerima apa yang dia inginkan oleh negara pemenang,
termasuk juga menerima kebudayaannya. Sebagai contoh, negara Irak yang kalah
perang menghadapi koalisi pimpinan Amerika Serikat harus menerima ketentuan
yang diputuskan oleh Amerika yaitu memaksa penerapan sistem demokrasi
menggantikan sistem yang telah berlaku sebelumnya
3. Masuknya
kebudayaan dari masyarakat lain
Hubungan yang dilakukan secara politik antara dua
masyarakat mempunyai kecenderungan menimbulkan pengaruh timbal balik. Artinya,
tiap-tiap masyarakat memengaruhi masyarakat lainnya dan menerima pengaruh dari
masyarakat tersebut. Meskipun demikian, pertemuan dua kebudayaan tidak selalu
menyebabkan proses saling mempengaruhi. Apabila salah satu dari dua kebudayaan
tersebut mempunyai taraf teknologi lebih tinggi, proses yang terjadi adalah
imitasi yaitu menirukan terhadap unsur-unsur kebudayaan lain.
Masuknya kebudayaan lain dapat terjadi melalui kontak
kebudayaan secara tidak langsung, yaitu melalui informasi yang disajikan di
media massa. Dalam hal ini, teknologi memegang peranan penting. Teknologi
terutama internet mendorong masyarakat lebih mudah memperoleh informasi
mengenai kebudayaan dari masyarakat lain. Masyarakat menjadi lebih mudah
mengadopsi kebudayaan lain. Berikut beberapa bentuk pengaruh kebudayaan
masyarakat lain:
a. Terjadi
pengaruh timbal balik, artinya selain mendapat pengaruh, suatu masyarakat akan
memengaruhi masyarakat lain.
b. Apabila
kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa, seperti radio,
televisi majalah, atau surat kabar, pengaruh kebudayaan hanya terjadi sepihak,
yaitu pengaruh dari masyarakat yang menguasai sarana komunikasi massa tersebut.
c. Apabila
dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan mempunyai taraf kebudayaan
sama, kadang terjadi cultural animosity, yaitu keadaan ketika dua masyarakat
yang memiliki kebudayaan berbeda dapat hidup berdampingan tetapi saling menolak
pengaruh kebudayaan satu terhadap yang lain. Biasanya terjadi antara dua
masyarakat yang pada masa lalunya mempunyai konflik fisik ataupun dan fisik.
d. Apabila
kebudayaan bertemu dan salah satunya mempunyai taraf lebih tinggi akan terjadi
proses imitasi (peniruan) unsur-unsur kebudayaan masyarakat yang telah maju
oleh kebudayaan yang masih rendah.
Masuknya pengaruh suatu kebudayaan terhadap kebudayaan
lain dapat dilakukan melalui proses
penetrasi (pemasukan). Adapun macam-macam penetrasi adalah sebagai
berikut:
a. Penetrasi
damai (penetration pasifique)
Penetrasi damai adalah proses masuknya sebuah
kebudayaan yang dilakukan dengan jalan yang damai, sehingga penerimaan kedua
macam kebudayaan tersebut tidak akan menimbulkan konflik tetapi justru
memperkaya khazanah budaya masyarakat setempat. Selain itu, pengaruh kedua
kebudayaan tersebut juga tidak akan menghilangkan sifat atau unsur asli budaya
masyarakat setempat. Contohnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke
Indonesia. Adapun penetrasi damai akan menghasilkan hal-hal berikut:
1)
Akulturasi yaitu perpaduan dua kebudayaan
yang menghasilkan suatu bentuk kebudayaan yang baru dengan tidak menghilangkan
unsur aslinya.
2) Asimilasi
yaitu bercampurnya dua kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan yang baru.
3) Sintesis
yaitu percampuran dua kebudayaan menghasilkan kebudayaan baru yang berbeda dari
kebudayaan sebelumnya.
b. Penetrasi
paksa (penetrasi violence)
Penetrasi paksa adalah proses masuknya sebuah
kebudayaan yang dilakukan secara paksa dan bersifat merusak karena disertai
dengan kekerasan, sehingga menimbulkan guncangan-guncangan yang merusak
keseimbangan dalam masyarakat. Misalnya, masuknya kebudayaan barat ke Indonesia
pada zaman penjajahan (Berta Rahardian Fahnani, 2013).
BACA JUGA:
STUDI PUSTAKA TENTANG PERUBAHAN SOSIAL MAR'ATUS BAB 1
STUDI PUSTAKA TENTANG PERUBAHAN SOSIAL MAR'ATUS BAB 2
Post a Comment for "LAPORAN STUDI PUSTAKA TENTANG PERUBAHAN SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT BAB 3"