FORUM DISKUSI KEDUDUKAN MATA PELAJARAN SKI DALAM KURIKULUM
- Menurut Bapak/Ibu dalam melaksanakan pembelajaran ski yang pembahasannya begitu banyak apakah cukup dengan dua jam pelajaran dalam satu minggu. Bagaimana menurut anda?
Kalau melihat perbandingan alokasi waktu dengan materi SKI yang cukup banyak, memang terasa kurang alokasi waktunya. Namun, kembali pada kinerja guru dalam mendesain dan mengelola proses pembelajaran itu sendiri. Apalagi pada masa sekarang, pekerjaan guru sangat terbantu dengan kehadiran ICT. Dengan mengintegrasikan ICT, materi sebanyak apapun akan lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari dan dikuasai peserta didik. Karena materi sendiri masih dalam aspek kognitif, yang masih bisa kita siasati dengan ketrebatasan alokasi waktu. Yang menjadi penekanan dalam pembelajaran SKI yang tidak bisa digantikan oleh ICT sekalipun adalah pembiasaan sikap dan perilaku peserta didik dalam mengamalkan budaya yang ada di buku teks SKI.
Sebelum menjawab pertanyaan yang bapak utarakan, perlu dijabarkan terlebih dahulu mengenai Kritik terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudaan Islam sejak kurikulum 1973-2006, agar kita dapat menentukan sikap secara tepat dalam mengatasi kritik atau kendala dalam pembelajaran SKI. Kritik dan terhadap mata pelajaran SKI mencakup:
- Ptigma menghafal. Mata pelajaran SKI selalu dikaitkan dengan kegiatan menghafal materi. Stigma menghafal muncul karena mata pelajaran SKI lebih bersifat informatif daripada normatif. Artinya mata pelajaran SKI hanya terfokus pada pengayaan aspek pengetahuan dan minim pembentukan sikap (Afeksi).
- Pelaksanaan proses pembelajaran SKI terbentur dengan keterbatasan waktu yang disediakan sementara materi padat.
- Lemahnya sumber daya guru dalam menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran yang variatif
- Minimnya sarana pelatihan dan pengembangan
- Rendahnya peran orang tua peserta didik (Modul 1 kegiatan belajar 2, hal: 2).
Dengan melihat dan mencermati kritik terhadap pembelajaran SKI, sebagai seorang guru mata pelajaran SKI sikap yang harus kita lakukan sebagai berikut:
Berdasarkan materi dalam modul 1 KB 3 terdapat sebuah kritik terkait kelemahan mapel SKI sejak kurikulum 1973 - 2006.
Pertanyaannya adalah bagaimana langkah/sikap kita sebagai aktifis SKI dilapangan untuk menyikapi kelemahan tersebut demi perkembangan kedepan baik untuk mapel SKI maupun peserta didik kita?
- Selalu bersikap open minded terhadap segala kritik yang konstruktif demi meningkatkan kualitas pembelajaran
- Selalu mengapdate informasi dan pengetahuan dalam rangka meningkatkan profesionalisme sebagai seorang guru.
- Stigma menghafal harus diubah menjadi aktivitas belajar yang menyenangkan. Ini dapat dilakukan guru dengan cara mendesain pembelajaran yang menarik bagi peserta didik. Peserta didik dilibatkan secara aktif dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri, yang kemudian dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata di masyarakat. Dengan demikian, antara aspek kognitif dan afektif dapat berjalan secara seimbang.
- Dalam mengatasi keterbatasan waktu sementara materi SKI padat, guru dapat mendesain pembelajaran dengan cara mengintegrasikan TIK. Dengan TIK materi yang padat akan dengan mudah bahkan jauh lebih menarik untuk dipelajari peserta didik. Pengintegrasian TIK dalam pembelajaran akan menciptakan suasana belajara yang efektif dan efesien. Misal, guru dapat menggunakan strategi belajar information search. Peserta didik diminta untuk mencari informasi terkait materi secara mandiri dengan memanfaatkan teknologi, misal smartphone. Dengan strategi ini, peserta didik akan lebih atusias untuk membangun pengetahuannya sendiri. Perlu diingat, peserta didik di era kurikulum 2013 berbeda dengan era sebelumnya. Jadi pembelajaran harus didesain dengan pembelajaran peserta didik secara aktif atau student centered. Peserta didik dapat mengakses pengetahuan secara mandiri kapanpun dan dimanapun
2. Dalam modul 1 kb 3 banyak sekali kendala yang di hadapi dalam pendidikan SKI.
Menurut bapak/ibu apakah masih sama kendala yang di temukan pada kurikulum pada kurikulum 2013 tentang pendidikan SKI?jika sudah mengalami perubahan seperti apa perubahan pada pendidikan SKI?
Sebetulnya kendala pembelajaran SKI yang menjadi kritik sejak tahun 1973-2006, secara tidak langsung telah mendapat respon dengan kehadiran kurikulum 2013. Kehadiran kurikulum 2013 memberikan warna tersendiri dalam pola pembelajaran. Yang dulunya, pola pembelajaran masih bersifat konvesional yakni pola teacher centered, dengan kehadiran kurikulum 2013 dialihkan menjadi pola student centered.
Salah satu kendala pembelajaran mapel SKI adalah terkait dengan pola pembelajaran yang monoton. stigma menghafal muncul karena pembelajaran SKI terkesan informatif dan kurang normatif. Padahal tujuan akhir dari pembelajaran SKI adalah membentuk sikap peserta didik yang dapat memahami, menghayati dan mengamalkan serta membiasakan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum 2013 diberlakukan agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik. Dalam kurikulum 2013, tugas guru hanya sebagai fasilitator, mediator dan motivator. Desain belajar yang dibuat oleh guru, haruslah berupa aktivitas belajar siswa secara aktif. Tugas guru menfasilitasi penciptaan belajar yang menarik dan menyenangkan. Agar dapat mengelola pembelajaran yang menyenangkan dan menarik, guru harus terampil memilih dan menggunakan media, metode dan pendekatan yang keratif, variatif dan inovatif. Selanjutnya, sebagai motivator guru harus selalu memberikan motivasi kepada peserta didik secara kontinu agar tujuan belajar dapat tercapai secara optimal.
Dengan demikian, kehadiran kurikulum 2013 pada dasarnya dapat memberikan perubahan pada pembelajaran SKI, baik dari segi perubahan pola belajar, peran guru, dan tujuan belajar baik pada spek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Karena, dalam Kurikulum 2013, penilaian hasil belajar harus mencakup ketiga aspek tersebut secara utuh dengan menggunakan otentic assessment, yang tentunya berbeda dengan kurikulum sebelumnya.
Lemahnya sumber daya guru dalam menentukan metode dan pendekatan pembelajaran yang variatif dapat diatasi dengan keikutsertaan guru secara aktif dalam pelatihan/workshop/forum diskusi teman sejawat melalui KKG/MGMP. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dalam mengelola pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan pemilihan metode dan pendekatan yang tepat dan variatif dalam pembelajaran SKI.Dengan demikian, pembelajaran SKI tidak lagi menjadi mata pelajaran yang membosankan, karena metode belajar yang monoton.
Agar tujuan dalam pembelajaran SKI dapat tercapai secara optimal, maka perlu adanya pran orang tua peserta didik. Dalam hal ini seorang guru harus selalu menjalin komunikasi dengan orang tua peserta didik, yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar peserta didik khususnya dalam mata pelajaran SKI terlebih pada hasil belajar yang bersifat afektif, terkait dengan pembentukan dan pembiasaan sikap peserta didik di lingkungannya.
Pada gilirannya, peserta didik yang menyelesaikan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada jenjang Madrasah Aliyah, misalnya, diharapkan memiliki kompetensi yang sarat afeksi. Nuansa afeksi itu terlihat dalam kemampuan peserta didik dalam memahami dan mengambil ibrah sejarah dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, masalah kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW. wafat, perkembanganIslam pada abad klasik/zaman keemaasan (650 - 1250 M), abad pertengahan /zaman kemunduran (1250 M – 1800 M), masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.
Namun tidak sedikit dari peserta didik yang menganggap bahwa mapel SKI hanya sekedar materi hafalan dan cerita masalalu yang sangat membosankan dibahas.
Pertanyaan saya bagaimana cara menghadapi pemikiran anak anak yang seperti ini?
Dalam menaggapi persoalan yang ibu utarakan, menurut saya kasus tersebut terjadi karena ketidaktahuan peserta didik tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam hal ini kenapa pada kegiatan pembelajaran yakni kegiatan pendahuluan, penyampaian tujuan pembelajaran menjadi hal yang sangat penting untuk disampaikan.
Selain penyampaian tujuan pembelajaran, secara subtansial seorang guru harus selalu memberikan motivasi kepada peserta didik untuk senantiasa mengambil uswah dan juga ibrah dari setiap materi yang dipelajari. Uswah dari kepribadian nabi saw, sahabat dan para tokoh muslim, yang dapat dijadikan teladan untuk diamalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Ibrah dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi peserta didik agar tidak mengulanginya kembali, mengingat ibrah cenderung kepada hal yang sifatnya negatif.
Selanjutnya, untuk mengatasi situasi belajar yang membosankan, seorang guru harus terampil mengelola pembelajaran semenarik mungkin. Pilih metode belajar yang variatif dan media yang dapat menarik minat siswa. Rasa bosan muncul karena proses pembelajaran sifatnya monoton. Kaitkan materi pembelajaran dengan persoalan yang lebih kontekstual yang dekat dengan lingkungan peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih aktif, inovatif, dan menyenangkan, karena peserta didik akan lebih antusian dalam KBM.
3. Bagaimana indikator keberhasilan meneladani tokoh-tokoh Islam yang berprestasi dalam perkembangan sejarah kebudayaan / peradaban Islam? Apakah bisa diukur ketika dalam pembelajaran?
Kemampuan untuk Meneladani tokoh-tokoh Islam yang berprestasi dalam perkembangan sejarah kebudayaan / peradaban Islam merupakan bagian dari aspek afektif. Karena itu, agar dapat mengukur indikator keberhasilan belajar pada kemampuan tersebut, haruslah menggunakan instrumen penilaian afektif dengan menggunakan skala penilaian sikap. Skala Penilaian sikap ini dapat dilakukan melalui penilaian diri, penilaian antar teman dan observasi. Dalam hal ini, tugas guru adalah membuat pedoman penilaian berupa indikator sikap yang akan dinilai. Mendasar pada kemampuan di atas, berarti indikator sikap yang harus ditampilkan dalam skala penilaian mencakup sikap-sikap para tokoh Islam yang dijadikan teladan. Mislanya, teladan tokoh Islam; Pemberani. Indikator dalam skala sikap bisa ditampilkan Berani berpendapat atau bertanya ketika diskusi, dsb.
Post a Comment for "FORUM DISKUSI KEDUDUKAN MATA PELAJARAN SKI DALAM KURIKULUM"