Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA DINASTI ABBASIYYAH

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyyah mencapai perkembangan yang sangat pesat. Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyyah mencakup pengetahuan umum dan ilmu agama. Kedua ilmu tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;

1. Ilmu Pengetahuan Umum

a. Ilmu Filsafat

Pada masa Dinasti Abbasiyyah, ilmu filsafat termasuk bidang ilmu yang diterjemakan ke dalam bahasa Arab. Buku-buku filsafat yang diterjemakan berasal dari basa Yunani seperti Categories, Pyssices dan mana Maralia karya Aristoteles.

Adapun penjelasan dari ilmu filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Sedangkan Filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala sesuatu yang ada sebab asal hukumnya atau ketentuan-ketentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Filsafat Islam bermanfaat untuk menemukan haikat sesuatu sebagai ciptaan Allah SWT dan merupakan bukti kebesaran-Nya.

Tokoh filsafat Islam pada masa itu, antara lain al-Kindi, yang terkenal dengan sebutan “Filofof Arab”. Beliau menerjemakan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab. Dia melakukan islamisasi pemikiran Yunani. Kemudian al-Farabi, dia bekerja di istana Saif ad-Daulah al Hamdani. Beliau dikenal dengan julukan Guru Kedua (Muallim as-sani). Guru pertama (Muallim al-Awwal) adalah Aristoteles. Selain al-Kindi dan al-Farabi, tokoh filsafat yang masyhur lainnya adalah Ibnu Sina, al-Ghazali, ar-Razi dan Ibnu Maskawaih.

b. Ilmu Kedokteran

Ilmu kedokteran berkembang pesat pada masa Dinasti Abbasiyyah dan mencapai puncaknya pada masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya pendirian sekolah-sekolah kedokteran yang banyak menghasilkan sarjana-sarjana kedokteran. Buku kedokteran yang pertma ditulis berjudul “Firdaus al-Hikmah (850 M)” karya Ali bin Rabban at-Tabbari. Dokter-dokter termasyhur pada masa Dinasti Abbasiyyah, diantaranya:

  1. Ar-Razi, di dunia Barat beliau dikenal dengan nama Rhazes. Beliau terkenal sebagai dokter yang pertama kali melakukan pengobatan secara ilmu jiwa, yaitu pengobatan dengan cara memberi sugesti kepada penderita psikosomatis (penderita gangguan emosi dan mental).
  2. Hunain ibnu Iskak. Beliau adalah dokter spesialis mata. Karyanya adalah buku-buku tentang berbagai penyakit. Beliau juga banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.
  3. Ibnu Sina, selain seorang filusuf, ia merupakan tokoh kedokteran. Beliau dikenal sebagai bapak kedokteran dunia. Bukunya yang terkenal adalah Al-Qanun fi at-Tib, yang dijadikan rujukan utama dari dunia kedokteran saat itu. Beliau terkenal di kalangan sarjana-sarjana Barat yang menyebutnya Avicena.

c. Ilmu Matematika

Ilmu Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang paling banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya cabang ilmu ini muncul sebagai jawaban akan berbagai permasalahan hubungan antar bilangan, perhitungan dalam perdagangan, peramalan astronomi dan pengukuran tanah. Tokoh ilmuwan matematika dari Dinasti Abbasiyyah sebagai berikut:
  1. Umar Khayyam. Bukunya yang terkenal adalah Treatise On Algebra dan buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Pernacis
  2. Ibnu Haitsam
  3. Al-Khawarizmi (78-850 M). Beliau menyusun buku Aljabar dan merupakan penemu angka nol (0). Angka 1-9 berasal dari hindu, yang telah dikembangkan oleh umat Islam. Beliau juga dikena sebagai bapak Aljabar. Hasil penemuannya yang lain adalah tabel-tabel trigonometri. Ia memiliki karya tentang teori segitiga sama kaki yang dijelaskan dengan cara menghitung luas segitiga, jajar genjang, lingkaran dan cara menghitung tinggi sebua segitiga sampai pada harga phi (π), perbandingan keliling sebuah lingkaran terhadap garis tengah.
  4. Sabit bin Qurrah al Hirany
  5. Jamsyid Giatsyuddin al-Kasyi. Beliaulah peletak dasar aritmatik (ilmu hitung) yang dilakukan atas dasar Slide Rule yang dianggap sebagai penemuan ilmiah dalam bidang matematika paling penting abad ini.

d. Ilmu Astronomi

Dalam Islam ilmu astronomi dikena sebagai ilmu falak. Ilmu ini ditemukan dalam waktu lama, sekitar 3000 tahun SM di Babylonia. Dalam perkembangan ilmu astronomi, muncullah system penanggalan. Pentingnya ilmu astronomi karena sangat mendukung penentuan waktu ibadah, terutama waktu salat, penentuan arah kiblat dan penanggalan Qamariyah.

Khalifah Abu Ja’far al Mansur ketika menentukan letak ibu kota yang ingin dibangunnya, menggunakan bantuan ilmu astronomi. Beliau banyak dibantu oleh ahli ilmu astronomi dari India.
Penjelasan dari ilmu astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan, bintang dan planet-planet lain. Berikut beberapa ilmuwan bidang astronomi yang ada pada masa Dinasti Abbasiyyah.
  1. Jabir Al-Batani, beliau adalah pencipta teropong bintang yang pertama
  2. Abu Mansur al-Falaqi

e. Ilmu Biologi

Ilmu Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Biologi bermanfaat sebagai pengetahuan supaya manusia mampu menjaga dan melindungi seluruh makhluk hidup ciptaan Allah Swt. Tokoh-tokoh ilmuwan Biologi pada masa Daulah Abbasiyyah, antara lain:
  1. Al-Jahiz. Beliau adalah ahli biologi dalam bidang ilmu hewan. Bukunya yang terkenal berjudul al-Hayawan
  2. As-Simay. Beliau adalah seorang ahli dalam bidang Biologi. Salah satu buku hasil karyanya yang terkenal adalah Kitabun Nabatiwasy-Syujjar. Buku ini mengupas masalah biologi, terutama bidang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.
  3. Ibnu Awwa. Beliau adalah ahli biologi khususnya di bidang pertanian. Bukunya yang terkenal adalah Al-Fallah.

2. Ilmu-ilmu Agama

a. Ilmu Tafsir

Ilmu Tafsir merupakan ilmu yang menjelaskan tentang makna atau kandungan al-Qur’an, sebab-sebab turunya ayat/asbabun nuzul dan hukumnya, pada masa ini ada dua macam metode dalam menafsirkan al-Qur’an , yaitu tradisional atau ma’sur dan rasional atau ra’yi.

Tafsir al-Ma’sur, yaitu al-Qur’an yang ditafsirkan dengan hadis-hadis nabi. Para mufassirinnya sebagai berikut:
  1. As-Sudi yang berdasarkan tafsirnya pada Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud
  2. Muhammad bin Ishaq, tafsirnya banyak mengutip cerita israiliyat
  3. Muqatil bin Sulaiman, tafsirnya sangat terpengaruh kitab Taurat
  4. Abu Ja’far Muhammad at-Tabari
  5. Ibnu Atiyah al Andalusy (Abu Muhammad Abdul Haq bin Atiyah)

Tafsir bir ra’yi, yaitu a-Qur’an yang ditafsirkan berdasarkan pada akal pikiran (rasional). Para mufassirinnya sebagai berikut:
  1. Ibnu Jaru Al-Asadi
  2. Abu Yunus Abdussalam (melakukan penafsiran al-Qur’an yang sangat luas sehingga ia menafsirkan Surah al-Fatihah saja sampai 7 jilid).
  3. Fahrudin ar-Razi
  4. Abu Muslim Muhammad bin Bihr Isfahani

Setelah beberapa kurun waktu tertentu, muncullah metode penafsiran yang menfokuskan penafsirannya pada bidang-bidang tertentu saja. Model tafsir seperti ini dikena dengan tafsir maudu’I (tafsir tematik). Selain itu, dikenal pula tafsir dengan pendekatan ilmu pengetahuan yang disebut dengan tafsir ilmi.

b. Ilmu Hadis

Ilmu hadis adalah ilmu yang memperlajari tentang hadis dari sanad, perawi dan matannya. Penyusunan hadis sudah dilakukan seja masa pemerintahan Dinasti Umayyah saat khalifah Umar bin Abdul Aziz memerinta. Periode penyusunan ilmu hadis pada masa Umayyah disebut debagai periode awal penyusnan hadis.

Pada masa Daulah Abbasiyyah ilmu hadis hanya meneruskan dan menyempurnakan para pendahulunya. Masa kemauan ilmu hadis adalah pada periode kelima dan keenam dari pemerintahan. Daulah Abbasiyyah, periode kelima merupakan periode penyehatan, pemurnian dan penyempurnaan yang berlangsung pada abad 3 Hijriyyah. Periode keenam merupakan periode pemeliharaan, penelitian, penambahan dan penghimpunan yang berlangsung dari abad 4 H sampai abad 7 H, yaitu ketika masa keruntuha Dinasti Abbasiyyah dan penghancuran kota Bagdad oleh tentara Mongol. 

Ahli-ahli hadis pada masa Dinasti Abbasiyyah yang terkenal dengan “Kutubus Sittah”, yaitu Imam Bukhari (karyanya adalah kitab Jami’ Shahih al Bukhari), Imam Muslim (kitab karangan Sahih Muslin), Ibnu Majah (karyanya Sunan Ibnu Majah), Abu Dawud (karyanya Sunan Abu Dawud), Imam Tirmizi (karyanya Sunan at-Tirmizi) serta Imam Nasa’I (karyanya Sunan An-Nasa’i).

c. Ilmu Fikih

Ilmu Fikih merupakan bidang ilmu dalam syariat Islam yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Pada masa ini, dalam dunia intelektual muslim muncul perdebatan sengit antara ahlul ra’yi (para ulama ahlul ra’yi banya tinggal di kota Kufah, Bagdad dan Basrah) dan ahlul hadis (para ahlul hadis banyak tinggal di kota Mekkah dan Madinah). Pertengahan ini mereda ketika ra’yi (logika) dapat dianggap sebagai salah satu cara dalam menetapkan hokum fikih melalui batasan-batasan yang dibuat oleh ahlul ra’yi. Pada masa Abbasiyyah inilah muncul empat imam mazhab besar dalam ilmu fikih, yaitu:
  1. Imam Syafi’i. Beliau terkena sebagai ulama yang cerdas, sewaktu berumur 7 tahun Imam Syafi’I suda hafal al-Qur’an. Cara berpikir logis dan sistematis yang dirumuskan Imam Syafi’I dalam kerangka teori berpikir disebut Ushul Fikih. Beliau merumuskan hokum Islam berdasarkan al-Qur’an, hadis, ijma’ dan qiyas (analogi). Karyanya yang sangat terkenal adalah kita al-Um, yaitu sebuah kitab yang membahas hokum Islam secara logis dan sistematis. Hasil pemikiran beliau kemudian melahirkan madzhab Syafi’i. Mayoritas penduduk Indonesia merupakan pengikut maaadzhab Syafi’i.
  2. Imam Hambali. Imam Hambali memiliki kitab yang terkenal, yaitu Al-Musnad. Kitab ini adalah ensiklopedia yang berisi sekitar 2.900 hadis. Kitab lainnya adalah an-Nasikh wal Mansukh. Beliau menyusun maszhabnya sendiri, yaitu mazhab Hambali.
  3. Imam Abu Hanifah. Pemikirannya sangat menekankan pada sunah Nabi Muhammad saw. Hanya hadis-hadis shahih yang dijadikan landasan hokum. Beliau membentuk mazhab Hanafi.
  4. Imam Malik bin Anas. Lahir di Madinah tahun 93 H dan meninggal di Hijaz pada tahun 170 H. Beliau telah menguasai ilmu al-Qura’an dan hadis sejak usia 17 tahun. Hasil pemikirannya dibukukan dalam kitab Muwatta yang merupakan kumpulan hadis, jeja tindak sahabat dan perkataan tabi’in. Beliau membentuk mazhab Maliki.

d. Ilmu Tasawuf

Ilmu Tasawuf dapat diartikan sebagai ilmu tentang menyucikan batin dengan cahaya ma’rifat dan tauhid sehingga dapat menghasilkan ketaatan kepada Allah SWT. Pada masa Abbasiyyah berkembang dua aliran dalam ilmu tasawuf, yaitu tasawuf akhlaki dan falsafi. Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang bersifat akhlak berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Tasawuf model ini juga disebut sebagai tasawuf sunni. Salah satu tokoh tasawuf akhlaki ini adalah al Haris bin Asad al Muhasibi yang wafat di Bagdad pada tahun 838 M. beberapa karya dari al Muhasibi adalah ar-Ri’ayat li Huquqillah (membahas ha-hak Allah), kitab al Wasaya (membahas tentang hidup zuhud) dan at Tawahum (membahas tentang mati di hari kiamat).

Adapun tasawuf falsafi adalah tasawuf yang bersifat yang suda tercampur dengan metafisika. Tokoh tasawuf falsafi yang terkenal adalah Zunnun al-Mishri yang wafat di Iskandariyah pada tahun 899 M dan Abu Yazid al Bustami yang wafat di Bistan pada tahun 875 M. Setelah kedua tokoh ini meninggal, tasawuf falsafi mengalami kemunduran. Sementara tasawuf sunni mengalami perkembangan dengan munculnya tokoh-tokoh seperti Abu Qasim al Qusyairi yang wafat pada tahun 1072 M dan Abu Hamid al-Gazali yang mendapat gelar Hujjatul Islam (Sang pembela Islam) yang wafat pada tahun 1111 M.

e. Ilmu Kalam

Ilmu Kalam dalam Islam dapat diartikan sebagai salah satu ilmu mendasar dalam ajaran Islam mengenai ketuhanan dan seluruh perangkat ajaran agama yang dasar. kemunculan aliran Muktazilah yang akhirnya menjadi ideology resmi negara pada masa al Makmun memicu konflik dengan ahlussunnah wal jama’ah. Puncaknya adalah polemic tentang kemakhlukan al-Qur’an.

Keyakinan kemakhlukan Al-Qur’an ini bertentangan dengan keyakinan ahlussunnah wal jama’ah, namun hendak dipaksakan oleh penguasa Abbasiyyah kepada masyarakat yang mayoritas adalah kaum ahlussunnah wa jama’ah. Tragedi ini disebut tragedy al-mihnah yang terjadi pada tahun 218 H. ulama yang menolak paham kemakhlukan al-Qur’an ini menerima sanksi yang berat dari pemerintah. Salah satu ulama yang menjadi korban dari tragedy al Mihnah adalah Imam Amad bin Hanbal yang harus mendekam dalam penjara dan mengalami cidera pada tulang belakangnya akibat siksaan dari tentara khalifah al Mamun. Ulama kalam yang muncul pada periode ini adalah Washil bin Atha’ yang menjadi pendiri dari airan Muktazilah dan Abu hasa al’Asyari yang menegakkan aliran Ahlussunnah wa jama’ah.

Dalam bagian ini, akan kami tambahkan wacana tentang perkembangan kebudayaan pada masa Daula Bani Abbasiyyah. Pada masa Daulah Bani Abbasiyyah, selain mengalami perkembangan dan kemauan dalam bidang ilmu pengetahuan juga telah mengalami perkembangan dalam bidang budaya. Bidang kebudayaan juga berkembang pesat pada masa Dinasti Abbasiyyah. Berikut beberapa kemajuan dalam bidang kebudayaan.
  1. Seni Suara; kemajuan budaya dalam bidang seni suara, seni musik dan seni tari dibuktikan dengan munculnya penyanyi-penyanyi terkenal, sekola musik dan pabrik-pabrik alat musik. Demikian juga dengan seni bahasa, bermunculan para sastrawan terkenal.
  2. Seni Lukis; Pada zaman tersebut lahirla pelukis terkenal bernama Abdul Karim Mansur, yang memiliki nama asli Firdausi. Beliau merupakan orang pertma yang membuat buku bergambar dengan judul Syah Nama. Buku ini telah dislin ke dalam Bahasa Perancis, Inggris dan jerman.
  3. Seni Bangunan; Pada masa Dinasti Abbasiyyah telah banyak berdiri bangunan gedung yang kokoh dengan arsiteknya yang inda dan megah. Dengan kemegahannya Kota Bagdad pun menjadi primadona dunia.

Sumber :

Mulyani, Sri.___________. Sejarah Kebudayaan Islam Untuk MA dan yang Sederajat Kelas XI. Surakarta : Putra Nugraha

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA DINASTI ABBASIYYAH





Post a Comment for "PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA DINASTI ABBASIYYAH"