Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LAPORAN STUDI PUSTAKA TENTANG DEKADENSI MORAL BAB 3

DEKADENSI MORAL REMAJA DI ERA GLOBALISASI DISUSUN OLEH LULUK ARROIZAH SISWI KELAS XII IPS MAS ANNURIYYAH RAMBIPUJI-JEMBER


BAB III PEMBAHASAN 3.1	Faktor Internal Penyebab Terjadinya Dekadensi Moral Remaja di Era Globalisasi Moral remaja yang dirasakan sangat mengganggu kehidupan masyarakat, Sebenarnya bukan suatu keadaan yang berdiri sendiri dekadensi moral akan muncul karena beberapa faktor penyebab kenakalan remaja: Faktor pribadi setiap anak memiliki kepribadian khusus, dan keadaan khusus pada anak ini dapat menjadi sumber munculnya perilaku menyimpang keadaan khusus ini adalah keadaan konstusi ialah potensi bakat atas sifat dasar anak yang kemudian melalui proses perkembangan kematangan atau rangsangan dari lingkungan menjadi aktual (Gunarsa, 2004). 3.2	Faktor Eksternal Penyebab Terjadinya Dekadensi Moral Remaja di Era Globalisasi A.	Faktor Keluarga Faktor keluarga mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan sosial pada anak. keluarga secara langsung atau dak langsung akan berhubungan terus menerus dengan baik komat memberikan rangsangan melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua dengan anak, hubungan antar pribadi dalam keluarga yang melipu pula hubungan antara saudara menjadi faktor yang penng terhadap munculnya perilaku yang tergolong akar. struktur tanggung jawab dalam sebuah keluarga secara umum bahwa ayah bertugas mencari nafkah sedangkan ibu bertugas merawat rumah dan anak-anak sehingga fungsi ibu dalam proses pengasuhan dan pendidikan terhadap anak sangat penng. fungsi Ibu tersebut dapat mengalami hambatan jika Ibu keluar dari jalur tanggung jawabnya.  ikut bekerja di luar rumah, sehingga pengasuhan dan pendidikan terhadap anak bisa kurang maksimal (Gunarsa, 2004). Pada hakikatnya nya, kondisi keluarga menyebabkan mbulnya dekadensi moral atau anak bersifat Kompleks mengingat banyaknya faktor penyebab dekadensi moral dan remaja yang berasal dari lingkungan keluarga, maka di bawah ini akan diuraikan diantaranya adalah : 1.	Anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan perhaan orang tua terutama disebabkan: a.	Karena kelahiran anak yang dak disenangi atau dak dikehendaki. b.	Karena kedak harmonisan dalam kehidupan rumah tangga c.	Karena kesibukan kesibukan di luar rumah tangga. d.	Karena mengalami keretakan keluarga (Arifin, 1994:83). 2.	Kondisi sosial ekonomi keluarga. Kondisi sosial ekonomi keluarga yang dak memungkinkan remaja untuk memiliki simbol-simbol status sosial yang sama dengan yang dimiliki teman-temannya, akan membuat remaja merasa rendah diri atau minder dalam pergaulan sosial bahkan menghambat perkembangan dan kemajuannya. sebaliknya, kondisi sosial ekonomi keluarga yang mapan, akan membuat remaja sangat percaya diri dan cepat berkembang mencapai kemajuan yang diharapkan k akan tetapi, gambaran ini dak selamanya demikian, karena Terkadang ada juga remaja yang berada dalam kondisi sosial ekonomi kurang terpacu untuk memperbaiki kondisinya dan dak pernah berhen berusaha sebelum mencapai keberhasilan. Sebaliknya, ada pula remaja yang nggal dalam keluarga berstatus ekonomi mapan justru dak mengalami kemajuan, bahkan berperilaku menyimpang, karena merasa bahwa segala kebutuhannya sudah terpenuhi sehingga dak perlu lagi berusaha keras untuk meraih kesuksesan (Wilis, 1981: 63) 3.	Keluarga yang dak harmonis (Migwar, 2011: 202-203). Kedak harmonisan hubungan antara remaja dan keluarga menjadi sebab pengaruhi oleh banyak faktor antara lain: perceraian orang tua sudah ada, orang tua dan anggota keluarga lainnya dak mau menger tugas perkembangan remaja, atau remaja sendiri dak mau peduli terhadap tugas-tugas yang seharusnya dipikul dalam keluarga. suasana ini yang menjadikan keluarga itu menjadi robek lebih dikenal dengan sebutan broken home. Remaja yang di dalam keluarganya mengalami broken home akan lebih cenderung mengalami banyak masalah emosional, moral dan sosial. suasana rumah yang penuh konflik akan berpengaruh negaf terhadap kepribadian dan kebahagiaan remaja yang mereka melampiaskan perasaan jiwanya dalam berbagai pergaulan dan perilaku yang menyimpang. B.	Faktor Masyarakat / Lingkungan Keadaan masyarakat dan kondisi lingkungan dalam berbagai corak dan bentuknya akan berpengaruh baik langsung maupun dak langsung terhadap anak-anak remaja Dimana mereka berkelompok perubahan-perubahan masyarakat yang berlangsung secara cepat dan ditandai dengan periswa-periswa yang menegangkan : persaingan dalam bidang perekonomian pengangguran, keanekaragaman media dan lemahnya keagamaan. Selain itu sebab-sebab kemerosotan moral remaja yang berasal dari masyarakat atau lingkungan yakni: 1.	Kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara berkala, masyarakat dapat pula menjadi penyebab bagi terjangkitnya kemerosotan moral remaja terutama sekali di lingkungan masyarakat yang kurang sekali melaksanakan ajaran ajaran agama yang dianutnya di dalam ajaran agama yang banyak sekali hal-hal yang dapat membantu pembinaan anak-anak pada umumnya dan remaja secara khusus ik misalnya ajaran tentang berbuat baik terhadap orang tua, beramal sholeh kepada masyarakat, tolong menolong, tidak memfitnah, adu domba, dan melakukan kekerasan serta sebagainya. akan tetapi tindakan atau perbuatan masyarakat kadang yang bertentangan dengan norma-norma agama. Masyarakat yang kurang beragama ti yang disebutkan di atas akan menjadi sumber berbagai kejahatan ti kekerasan tidak mempunyai etika yang baik dan lain sebagainya. tingkah laku yang ti itu akan mudah mempengaruhi anak-anak dari remaja yang sedang berada di dalam masa perkembangan.. akan tetapi ndakan atau perbuatan masyarakat Padang yang bertentangan dengan norma-norma agama. masyarakat yang kurang beragama ti yang disebutkan di atas akan menjadi sumber berbagai kejahatan ti kekerasan dak mempunyai eka yang baik dan lain sebagainya. ngkah laku yang  itu akan mudah mempengaruhi anak-anak dari remaja yang sedang berada di dalam masa perkembangannya. 2.	Kekurangannya pengawasan terhadap remaja sebagian remaja beranggapan bahwa orang tua dan guru terlalu ketat sehingga dak memberikan kebebasan baginya. Sebagian lainnya mengatakan bahwa orangtua mereka dan bahkan guru dak pernah memberikan pengawasan terhadap ngkah laku remaja sehingga menimbulkan berbagai kendala k sebenarnya soal pengawasan hendaknya telah dimulai sejak kecil sebab jika anak masih kecil mereka memerlukan bimbingan yang baik dan terarah karena anak-anak belum memiliki kemampuan berdiri sendiri dan setelah dewasa kewibawaan orang tua itu akan tetap berpengaruh terhadap dirinya, sehingga kemanapun ia pergi ngkahlaku terpengaruh oleh kewibawaan orang tuanya. Jika pengawasan terhadap anak baru dimulai dengan ketat di waktu remaja disinilah permulaan mbulnya konflik antara anak dan orang tua. pengawasan terhadap remaja yang dimaksudkan untuk menghindarkan ngkah laku yang kurang baik dan menumbuhkan ngkah laku yang posif bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat secara umum. pengawasan bukan berar menutup kebebasan mereka melainkan memberikan bimbingan kearah perkembangan yang wajar dengan berbagai usaha pendidikan remaja di sekolah maupun di masyarakat (Willis, 1981:66-68).   C.	Faktor Media Massa Kehadiran televisi dalam kehidupan masyarakat memang sangat menyenangkan, selain sebagai sumber pengetahuan, televisi merupakan sarana hiburan yang menyenangkan k namun, keterbukaan dan kebebasan pada pra globalisasi saat ini, membawa televisi dampak yang memprihankan terutama dalam dunia pendidikan anak-anak. masa anak-anak dan remaja yang seharusnya digunakan untuk menuntut ilmu yang guna masa depannya kelak, malah disalahgunakan k seluruh waktunya dihabiskan untuk berada di depan layar televisi yang telah kehilangan fungsi. televisi seharusnya memberikan hiburan untuk membangun akhlak tetapi justru pemirsa baik anak-anak maupun dewasa dalam bidang teknologi yang sangat mendidik (Nurul Zuriah, 2008:175). Di samping itu secara umum menyebabkan mbulnya perilaku menyimpang dikalangan remaja diantaranya adalah sebagaimana yang dijelaskan sebagai berikut: Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama dengan longgarnya pegangan seseorang pada agama maka hilanglah kekuatan pengontrolan yang ada di dalam dirinya. dengan demikian k satu-satunya alat pengawas dan pengaturan moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturan. biasanya pengawasan masyarakat itu dak sekuat pengawasan dari dalam dirinya sendiri apabila dalam masyarakat itu banyak orang yang melakukan pelanggaran dengan sendirinya orang yang kurang Iman tadi akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran yang sama (Zakiah Daradjat, 1978: 66). Kedua, kurang efekfnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah, maupun masyarakat. Pembinaan moral di rumah tangga misalnya harus dilakukan anak-anak masih kecil. Sesuai dengan kemampuan dan umurnya anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. pembinaan moral yang dilakukan di rumah tangga bukan dengan menyuruh menghafal rumusan tentang baik dan buruk melainkan harus dibiasakan sekolah pun memiliki peranan penng dalam pembinaan moral anak didik untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian, pendidikan agama di sekolah harus dilakukan secara intensif agar ilmu dan amal dapat dirasakan anak di sekolah k Apabila pendidikan agama atau moral diabaikan di sekolah, maka didikan agama dan moral yang diterima di rumah dak akan berjalan dengan baik, bahkan mungkin paradoks, dan berdampak pada kegagalan pendidikan moral. masyarakat juga memiliki pembinaan moral hadirnya masyarakat rusak moralnya akan sangat berpengaruh pada perkembangan moral anak harus diatasi dengan begitu kega instansi pendidikan ini harus Berjalan seiring dalam pendidikan atau pembinaan moral (Maragustam, 2010:118). Kega, derasnya arus budaya materialiss, hedoniss dan sekulariss,  banyak informasi yang kita ketahui melalui beberapa media cetak atau elektronik. Gejala menyimpang terjadi karena pola hidup yang semata-mata kejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu, dan dak mengindahkan nilai-nilai agama. Arus budaya yang demikian termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi Tunas Bangsa. Keempat, belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah, pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan power, uang, teknologi, sumber daya manusia nampaknya Belum menunjukkan kemauan yang sungguh-sungguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semakin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan, dan sebagainya dengan cara yang sama sekali dak mendidik. Bahkan sama sekali dak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa (Abuddin Nata, 2012: 207). 3.3	Cara Mengatasi Dekadensi Moral Remaja Sebagaimana yang kita telah ketahui bersama dekadensi moral merupakan kemerosotan yang terjadi pada seseorang yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dekadensi moral remaja antara lain sebagai berikut: 1.	Pengawasan dan perhatian orang tua Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik seorang anak tidak mengalami dekadensi moral. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan keluarga terdekat sang anak dimana orang tua selalu tahu keadaan sang anak dan membentuk anak menjadi merasa aman dan nyaman.  2.	Memberikan pendidikan karakter Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sangat penting untuk diterapkan pada saat ini dimana zaman sudah modern dan juga pengaruh globalisasi membuat semua budaya asing dapat masuk ke Indonesia dengan mudah apabila tidak melakukan pendidikan karakter maka budaya asing tersebut akan merusak karakter kita. pendidikan karakter akan lebih baik jika dilakukan pada waktu anak usia dini di mana itu adalah awal tumbuh kembang sang anak hingga akan mudah dalam melakukan pendidikan karakter. 3.	Penegakan hukum Penegakan hukum juga merupakan hal yang penting dalam dekadensi moral. Hal ini dapat dilihat bahwa pada akhir-akhir ini di Indonesia penegakan hukum tidak lagi ti dulu dimana orang yang memiliki kekuasaan tinggi maka ia dengan mudah membeli hukum sedangkan rakyat kecil tidak bisa bertindak apa-apa. 4.	Memberikan pendidikan moral dan agama Pendidikan agama sangat penting dilakukan pada anak usia dini di mana Di dalam agama terdapat nilai moral bagi manusia sehingga pada saat remaja akan mencegah adanya dekadensi moral. Dalang lain dikatakan bahwa solusi untuk mengatasi faktor-faktor tersebut tentu ada titik untuk mengatasi berbagai kerusakan moral yang terjadi pada generasi penerus bangsa maka solusi untuk menanggapi masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1.	Menanamkan pendidikan karakter sejak dini 2.	Pemilihan teman bergaul dan lingkungan yang tepat. 3.	Mampu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik mampu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik. 4.	Memperluas wawasan dan pengetahuan dalam tanah ilmu pengetahuan dan kehidupan sosial 5.	Meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam diri meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam diri 6.	Mengadakan pendidikan moral dan pengembangan karakter pada mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Hal ini harus ada kerja sama antara tenaga pendidikan di sekolah dan juga orang tua dalam membentuk karakter serta moral anak agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan juga agama. Namun, yang menjadi catatan terbesar kita saat ini adalah sistem pendidikan yang diterapkan oleh bangsa ini sebagai manapun kerasnya mengajar  nilai-nilai moralitas serta keagamaan kepada para peserta didik, hal ini tidak akan menjamin untuk membentuk karakteristik serta akhlak Sesuai yang diharapkan.
LAPORAN STUDI PUSTAKA TENTANG DEKADENSI MORAL 
BAB III

PEMBAHASAN

3.1  Faktor Internal Penyebab Terjadinya Dekadensi Moral Remaja di Era Globalisasi

Moral remaja yang dirasakan sangat mengganggu kehidupan masyarakat, Sebenarnya bukan suatu keadaan yang berdiri sendiri dekadensi moral akan muncul karena beberapa faktor penyebab kenakalan remaja:

Faktor pribadi setiap anak memiliki kepribadian khusus, dan keadaan khusus pada anak ini dapat menjadi sumber munculnya perilaku menyimpang keadaan khusus ini adalah keadaan konstusi ialah potensi bakat atas sifat dasar anak yang kemudian melalui proses perkembangan kematangan atau rangsangan dari lingkungan menjadi aktual (Gunarsa, 2004).

3.2  Faktor Eksternal Penyebab Terjadinya Dekadensi Moral Remaja di Era Globalisasi

A.    Faktor Keluarga

Faktor keluarga mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan sosial pada anak. keluarga secara langsung atau dak langsung akan berhubungan terus menerus dengan baik komat memberikan rangsangan melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua dengan anak, hubungan antar pribadi dalam keluarga yang melipu pula hubungan antara saudara menjadi faktor yang penng terhadap munculnya perilaku yang tergolong akar. struktur tanggung jawab dalam sebuah keluarga secara umum bahwa ayah bertugas mencari nafkah sedangkan ibu bertugas merawat rumah dan anak-anak sehingga fungsi ibu dalam proses pengasuhan dan pendidikan terhadap anak sangat penng. fungsi Ibu tersebut dapat mengalami hambatan jika Ibu keluar dari jalur tanggung jawabnya.  ikut bekerja di luar rumah, sehingga pengasuhan dan pendidikan terhadap anak bisa kurang maksimal (Gunarsa, 2004). Pada hakikatnya nya, kondisi keluarga menyebabkan mbulnya dekadensi moral atau anak bersifat Kompleks mengingat banyaknya faktor penyebab dekadensi moral dan remaja yang berasal dari lingkungan keluarga, maka di bawah ini akan diuraikan diantaranya adalah :

1.      Anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan perhaan orang tua terutama disebabkan:

a.       Karena kelahiran anak yang dak disenangi atau dak dikehendaki.

b.      Karena kedak harmonisan dalam kehidupan rumah tangga

c.       Karena kesibukan kesibukan di luar rumah tangga.

d.      Karena mengalami keretakan keluarga (Arifin, 1994:83).

2.      Kondisi sosial ekonomi keluarga.

Kondisi sosial ekonomi keluarga yang dak memungkinkan remaja untuk memiliki simbol-simbol status sosial yang sama dengan yang dimiliki teman-temannya, akan membuat remaja merasa rendah diri atau minder dalam pergaulan sosial bahkan menghambat perkembangan dan kemajuannya. sebaliknya, kondisi sosial ekonomi keluarga yang mapan, akan membuat remaja sangat percaya diri dan cepat berkembang mencapai kemajuan yang diharapkan k akan tetapi, gambaran ini dak selamanya demikian, karena Terkadang ada juga remaja yang berada dalam kondisi sosial ekonomi kurang terpacu untuk memperbaiki kondisinya dan dak pernah berhen berusaha sebelum mencapai keberhasilan. Sebaliknya, ada pula remaja yang nggal dalam keluarga berstatus ekonomi mapan justru dak mengalami kemajuan, bahkan berperilaku menyimpang, karena merasa bahwa segala kebutuhannya sudah terpenuhi sehingga dak perlu lagi berusaha keras untuk meraih kesuksesan (Wilis, 1981: 63)

3.      Keluarga yang dak harmonis (Migwar, 2011: 202-203).

Kedak harmonisan hubungan antara remaja dan keluarga menjadi sebab pengaruhi oleh banyak faktor antara lain: perceraian orang tua sudah ada, orang tua dan anggota keluarga lainnya dak mau menger tugas perkembangan remaja, atau remaja sendiri dak mau peduli terhadap tugas-tugas yang seharusnya dipikul dalam keluarga. suasana ini yang menjadikan keluarga itu menjadi robek lebih dikenal dengan sebutan broken home. Remaja yang di dalam keluarganya mengalami broken home akan lebih cenderung mengalami banyak masalah emosional, moral dan sosial. suasana rumah yang penuh konflik akan berpengaruh negaf terhadap kepribadian dan kebahagiaan remaja yang mereka melampiaskan perasaan jiwanya dalam berbagai pergaulan dan perilaku yang menyimpang.

B.     Faktor Masyarakat / Lingkungan

Keadaan masyarakat dan kondisi lingkungan dalam berbagai corak dan bentuknya akan berpengaruh baik langsung maupun dak langsung terhadap anak-anak remaja Dimana mereka berkelompok perubahan-perubahan masyarakat yang berlangsung secara cepat dan ditandai dengan periswa-periswa yang menegangkan : persaingan dalam bidang perekonomian pengangguran, keanekaragaman media dan lemahnya keagamaan. Selain itu sebab-sebab kemerosotan moral remaja yang berasal dari masyarakat atau lingkungan yakni:

1.      Kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara berkala, masyarakat dapat pula menjadi penyebab bagi terjangkitnya kemerosotan moral remaja terutama sekali di lingkungan masyarakat yang kurang sekali melaksanakan ajaran ajaran agama yang dianutnya di dalam ajaran agama yang banyak sekali hal-hal yang dapat membantu pembinaan anak-anak pada umumnya dan remaja secara khusus ik misalnya ajaran tentang berbuat baik terhadap orang tua, beramal sholeh kepada masyarakat, tolong menolong, tidak memfitnah, adu domba, dan melakukan kekerasan serta sebagainya. akan tetapi tindakan atau perbuatan masyarakat kadang yang bertentangan dengan norma-norma agama. Masyarakat yang kurang beragama ti yang disebutkan di atas akan menjadi sumber berbagai kejahatan ti kekerasan tidak mempunyai etika yang baik dan lain sebagainya. tingkah laku yang ti itu akan mudah mempengaruhi anak-anak dari remaja yang sedang berada di dalam masa perkembangan.. akan tetapi ndakan atau perbuatan masyarakat Padang yang bertentangan dengan norma-norma agama. masyarakat yang kurang beragama ti yang disebutkan di atas akan menjadi sumber berbagai kejahatan ti kekerasan dak mempunyai eka yang baik dan lain sebagainya. ngkah laku yang  itu akan mudah mempengaruhi anak-anak dari remaja yang sedang berada di dalam masa perkembangannya.

2.      Kekurangannya pengawasan terhadap remaja sebagian remaja beranggapan bahwa orang tua dan guru terlalu ketat sehingga dak memberikan kebebasan baginya. Sebagian lainnya mengatakan bahwa orangtua mereka dan bahkan guru dak pernah memberikan pengawasan terhadap ngkah laku remaja sehingga menimbulkan berbagai kendala k sebenarnya soal pengawasan hendaknya telah dimulai sejak kecil sebab jika anak masih kecil mereka memerlukan bimbingan yang baik dan terarah karena anak-anak belum memiliki kemampuan berdiri sendiri dan setelah dewasa kewibawaan orang tua itu akan tetap berpengaruh terhadap dirinya, sehingga kemanapun ia pergi ngkahlaku terpengaruh oleh kewibawaan orang tuanya. Jika pengawasan terhadap anak baru dimulai dengan ketat di waktu remaja disinilah permulaan mbulnya konflik antara anak dan orang tua. pengawasan terhadap remaja yang dimaksudkan untuk menghindarkan ngkah laku yang kurang baik dan menumbuhkan ngkah laku yang posif bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat secara umum. pengawasan bukan berar menutup kebebasan mereka melainkan memberikan bimbingan kearah perkembangan yang wajar dengan berbagai usaha pendidikan remaja di sekolah maupun di masyarakat (Willis, 1981:66-68).

C.    Faktor Media Massa

Kehadiran televisi dalam kehidupan masyarakat memang sangat menyenangkan, selain sebagai sumber pengetahuan, televisi merupakan sarana hiburan yang menyenangkan k namun, keterbukaan dan kebebasan pada pra globalisasi saat ini, membawa televisi dampak yang memprihankan terutama dalam dunia pendidikan anak-anak. masa anak-anak dan remaja yang seharusnya digunakan untuk menuntut ilmu yang guna masa depannya kelak, malah disalahgunakan k seluruh waktunya dihabiskan untuk berada di depan layar televisi yang telah kehilangan fungsi. televisi seharusnya memberikan hiburan untuk membangun akhlak tetapi justru pemirsa baik anak-anak maupun dewasa dalam bidang teknologi yang sangat mendidik (Nurul Zuriah, 2008:175).

Di samping itu secara umum menyebabkan mbulnya perilaku menyimpang dikalangan remaja diantaranya adalah sebagaimana yang dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama dengan longgarnya pegangan seseorang pada agama maka hilanglah kekuatan pengontrolan yang ada di dalam dirinya. dengan demikian k satu-satunya alat pengawas dan pengaturan moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturan. biasanya pengawasan masyarakat itu dak sekuat pengawasan dari dalam dirinya sendiri apabila dalam masyarakat itu banyak orang yang melakukan pelanggaran dengan sendirinya orang yang kurang Iman tadi akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran yang sama (Zakiah Daradjat, 1978: 66).

Kedua, kurang efekfnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah, maupun masyarakat. Pembinaan moral di rumah tangga misalnya harus dilakukan anak-anak masih kecil. Sesuai dengan kemampuan dan umurnya anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. pembinaan moral yang dilakukan di rumah tangga bukan dengan menyuruh menghafal rumusan tentang baik dan buruk melainkan harus dibiasakan sekolah pun memiliki peranan penng dalam pembinaan moral anak didik untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian, pendidikan agama di sekolah harus dilakukan secara intensif agar ilmu dan amal dapat dirasakan anak di sekolah k Apabila pendidikan agama atau moral diabaikan di sekolah, maka didikan agama dan moral yang diterima di rumah dak akan berjalan dengan baik, bahkan mungkin paradoks, dan berdampak pada kegagalan pendidikan moral. masyarakat juga memiliki pembinaan moral hadirnya masyarakat rusak moralnya akan sangat berpengaruh pada perkembangan moral anak harus diatasi dengan begitu kega instansi pendidikan ini harus Berjalan seiring dalam pendidikan atau pembinaan moral (Maragustam, 2010:118).

Kega, derasnya arus budaya materialiss, hedoniss dan sekulariss,  banyak informasi yang kita ketahui melalui beberapa media cetak atau elektronik. Gejala menyimpang terjadi karena pola hidup yang semata-mata kejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu, dan dak mengindahkan nilai-nilai agama. Arus budaya yang demikian termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi Tunas Bangsa.

Keempat, belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah, pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan power, uang, teknologi, sumber daya manusia nampaknya Belum menunjukkan kemauan yang sungguh-sungguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semakin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan, dan sebagainya dengan cara yang sama sekali dak mendidik. Bahkan sama sekali dak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa (Abuddin Nata, 2012: 207).

3.3         Cara Mengatasi Dekadensi Moral Remaja

Sebagaimana yang kita telah ketahui bersama dekadensi moral merupakan kemerosotan yang terjadi pada seseorang yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dekadensi moral remaja antara lain sebagai berikut:

1.      Pengawasan dan perhatian orang tua

Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik seorang anak tidak mengalami dekadensi moral. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan keluarga terdekat sang anak dimana orang tua selalu tahu keadaan sang anak dan membentuk anak menjadi merasa aman dan nyaman.

2.      Memberikan pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sangat penting untuk diterapkan pada saat ini dimana zaman sudah modern dan juga pengaruh globalisasi membuat semua budaya asing dapat masuk ke Indonesia dengan mudah apabila tidak melakukan pendidikan karakter maka budaya asing tersebut akan merusak karakter kita. pendidikan karakter akan lebih baik jika dilakukan pada waktu anak usia dini di mana itu adalah awal tumbuh kembang sang anak hingga akan mudah dalam melakukan pendidikan karakter.

3.      Penegakan hukum

Penegakan hukum juga merupakan hal yang penting dalam dekadensi moral. Hal ini dapat dilihat bahwa pada akhir-akhir ini di Indonesia penegakan hukum tidak lagi ti dulu dimana orang yang memiliki kekuasaan tinggi maka ia dengan mudah membeli hukum sedangkan rakyat kecil tidak bisa bertindak apa-apa.

4.      Memberikan pendidikan moral dan agama

Pendidikan agama sangat penting dilakukan pada anak usia dini di mana Di dalam agama terdapat nilai moral bagi manusia sehingga pada saat remaja akan mencegah adanya dekadensi moral.

Dalang lain dikatakan bahwa solusi untuk mengatasi faktor-faktor tersebut tentu ada titik untuk mengatasi berbagai kerusakan moral yang terjadi pada generasi penerus bangsa maka solusi untuk menanggapi masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Menanamkan pendidikan karakter sejak dini

2.      Pemilihan teman bergaul dan lingkungan yang tepat.

3.      Mampu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik mampu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik.

4.      Memperluas wawasan dan pengetahuan dalam tanah ilmu pengetahuan dan kehidupan sosial

5.      Meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam diri meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam diri

6.      Mengadakan pendidikan moral dan pengembangan karakter pada mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Hal ini harus ada kerja sama antara tenaga pendidikan di sekolah dan juga orang tua dalam membentuk karakter serta moral anak agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan juga agama. Namun, yang menjadi catatan terbesar kita saat ini adalah sistem pendidikan yang diterapkan oleh bangsa ini sebagai manapun kerasnya mengajar  nilai-nilai moralitas serta keagamaan kepada para peserta didik, hal ini tidak akan menjamin untuk membentuk karakteristik serta akhlak Sesuai yang diharapkan.

LINK TERKAIT:

Post a Comment for "LAPORAN STUDI PUSTAKA TENTANG DEKADENSI MORAL BAB 3"